Berita

Peringatan 11 Tahun Tsunami: Empat Filosofi untuk Masyarakat Aceh

×

Peringatan 11 Tahun Tsunami: Empat Filosofi untuk Masyarakat Aceh

Sebarkan artikel ini
Doa bersama peringatan 10 tahun tsunmami di Masjid Raya Baiturrahman
Doa bersama peringatan 10 tahun tsunmami di Masjid Raya Baiturrahman, (Sumber: iloveaceh)

BANDA ACEH – Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menggelar peringatan 11 tahun tsunami yang dipusatkan di Masjid Rahmatullah Lampuuk, Kecamatan Lhok Nga, Aceh Besar pada Sabtu (26/12/2015) lalu.

 
Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Fahlevi MSi menyebutkan, peringatan tsunami yang dipusatkan di Masjid Rahmatullah pada tahun ini bukan tanpa alasan, mengingat kawasan Lampuuk adalah salah satu daerah terparah hantaman gelombang tsunami dan telah banyak mendapat perhatian masyarakat internasional.
 
“Masjid Rahmatullah adalah satu-satunya bangunan yang berhasil selamat dari gelombang Tsunami. Masjid dengan desain dan arsitekturnya yang indah ini juga telah menjadi satu-satunya masjid yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik nusantara maupun wisatawan asing lainnya khususnya wisatawan Malaysia di kawasan wisata pantai Lampuuk,” jelasnya.
Reza menambahkan, peringatan tsunami yang mengusung tema “Memajukan Negeri Membangun Masyarakat Siaga Bencana” juga diharapkan tidak hanya semata hanya untuk berkumpul, mengenang, bernostalgia dan berakhir begitu saja.
 
“Ada nilai-nilai dari setiap kegiatan peringatan tsunami yang perlu kita sampaikan ke masyarakat, yakni seperti refleksi, apresiasi, mitigasi dan promosi agar,” sebutnya.
 
Hal senada juga disebutkan Kabid Pemasaran Disbudpar Aceh Rahmadhani MBus, selain upacara peringatan tsunami dengan menggelar zikir bersama dan tausyiah, kita berharap masyarakat juga dapat memahami empat filosofi dalam menyadari peringatan tsunami.
 
“Dengan adanya refleksi, kita terus berusaha menghindari perilaku lupa akan kejadian masa lalu yang pernah terjadi di Aceh. Peringatan tsunami juga menjadi momentum penting untuk selalu mengingat dan mengenang kembali keikhlasan, dukungan dan solidaritas yang pernah diberikan masyarakat global,” jelas Rahmadhani.
 
Hal lainnya yang tidak boleh dilupakan, sebut Rahmadhani, masyarakat Aceh harus mampu bersahabat dengan bencana untuk mitigasi.
“Mempelajari karakteristik bencana dan membangun kesadaran dan kewaspadaan diri menuju budaya siaga bencana menjadi sebuah keniscayaan dalam upaya mengurangi segala risiko bencana yang ditimbulkan. Dengan demikian pariwisata tsunami di Aceh menjadi media efektif dalam rangka memperlihatkan kepada masyarakat global, khususnya kepada wisatawan tentang kekuatan, ketahanan dan ketabahan masyarakat Aceh selama Tsunami,” tutupnya.*** (Sumber: iloveaceh)