Darussalam – Tepat hari ini, 24 Februari 2024, menjadi momen bersejarah yang memperingati dua tahun perang Rusia-Ukraina. Konflik yang dimulai pada tahun 2022 ini masih berlangsung dengan penuh tragedi, tidak hanya berdampak pada kedua negara yang terlibat, tetapi juga merambah ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Di Ukraina, perang telah meninggalkan jejak kehancuran yang mendalam. Infrastruktur negara hancur, kehidupan warga sipil terganggu, dan perkonomi negara mengalami penurunan yang signifikan. Namun demikian, tanda-tanda membaiknya ekonomi yang mulai terlihat. Bank Dunia memperkirakan ekonomi Ukraina akan tumbuh sebesar 4,8% pada 2023 setelah mengalami kontraksi tajam saat 2022. Tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Ukraina juga diprediksi lebih baik dari Rusia, yaitu 3,2%, dan melonjak hingga 6,5% pada 2025. Prediksi pertumbuhan ekonomi yang positif dari Bank Dunia memberikan harapan akan pemulihan ekonomi yang kuat.
Di sisi lain, Rusia menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan akibat perang ini. Bank Dunia atau World Bank memproyeksikan pertumbuhan di Rusia akan melambat menjadi 1,3% di 2024 dibandingkan 2,6% pada 2023, dan kemudian menjadi 0,9% pada tahun 2025,dikutip dari laporan Prospek Ekonomi 2024 yang dirilis Bank Dunia, Kamis (11/1/2024).
Penurunan pertumbuhan ekonomi, pengetatan kebijakan moneter, dan sanksi internasional telah menghantam perekonomian Rusia. Meski demikian, Rusia tetap berusaha untuk mempertahankan posisinya di Ukraina, meski dengan biaya yang mahal. Dampak perang ini tidak hanya terbatas pada kedua negara tersebut. Menurut survei Departemen Luar Negeri Dewan Eropa, hanya 10℅ warga Eropa yang percaya bahwa Ukraina akan mengalahkan Rusia pada konflik ini. Selain itu, negara-negara Grup Tujuh (G7) sedang mempertimbangkan sanksi baru terhadap Rusia, yang dapat memperburuk kondisi ekonomi global.
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina telah berdampak luas, tidak hanya pada kedua negara tersebut tetapi juga pada perekonomian global dan proses pemulihan ekonomi dunia setelah pandemi Covid-19. Keputusan Presiden Putin untuk menyerang Ukraina telah mengakibatkan lonjakan harga komoditas, fluktuasi nilai tukar mata uang, peningkatan harga minyak mentah, dan krisis pangan yang merugikan banyak negara, termasuk Indonesia.
Meskipun jauh dari pusat konflik, Indonesia juga merasakan dampaknya melalui fluktuasi harga komoditas global, terutama minyak dan gas, yang berdampak langsung pada perekonomian domestik. Dampak konflik juga terasa di pasar saham Indonesia, di mana mayoritas saham di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan harga, serta nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan yang mana hal serupa terjadi di bursa efek negara lain.
Perang ini menggarisbawahi pentingnya diplomasi dan negosiasi dalam menyelesaikan konflik internasional. Meskipun terdapat upaya untuk bernegosiasi damai, perbedaan pandangan dan kepentingan antara pihak-pihak yang terlibat membuat penyelesaian konflik menjadi semakin rumit.
Dalam konteks Indonesia, konflik ini juga memberikan pelajaran tentang pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas regional. Dengan posisi geopolitik yang strategis, Indonesia perlu terus aktif dalam diplomasi dan kerja sama internasional untuk mencegah terulangnya konflik semacam ini di kawasan Asia Tenggara.
Selain itu, perang ini juga memberikan peringatan tentang pentingnya memperkuat pertahanan dan keamanan nasional. Meskipun Indonesia tidak terlibat secara langsung dalam konflik ini, potensi ancaman terhadap keamanan regional harus tetap diwaspadai. Dengan demikian, peringatan dua tahun perang Rusia-Ukraina menjadi momentum bagi dunia, termasuk Indonesia, untuk merenungkan dampak konflik bersenjata terhadap kehidupan dan kesejahteraan manusia. Mempelajari pengalaman ini dapat menjadi pembelajaran berharga dalam upaya membangun perdamaian dan stabilitas global yang berkelanjutan.
(Perspektif, zaidanshadiqR)