Berita

Kurangnya Literasi Digitalisasi Terhadap UMKM

×

Kurangnya Literasi Digitalisasi Terhadap UMKM

Sebarkan artikel ini
Foto : digitalbisa

Dewasa ini, dunia sedang dihadapkan dengan era society 5.0 yang merupakan era dimana teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri. Internet bukan hanya sebagai sebuah tempat mendapatkan informasi melainkan untuk menjalani kehidupan, manusia harus tanggap dalam beradaptasi dengan segala disrupsi agar peran manusia tidak terkalahkan khususnya oleh teknologi. Gejolak samudra bisnis juga mengalami banyak perubahan besar seiring berkembangnya teknologi, sudah saatnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia untuk berlayar di pasar digital. Digitalisasi ini menjadi sebuah peluang sekaligus tantangan bagi para pelaku UMKM. Masyarakat dapat memasarkan produknya secara online dengan membuka toko di sebuah media platform digital, hal inilah yang menjadi PR kita bersama karna digitalisasi pada UMKM tidak akan terjadi jika kurangnya literasi.

 

Dua tahun belakangan ini, kita mengetahui efek dari pandemi Covid–19 membuat perputaran ekonomi UMKM terhambat akibat pelarangan aktivitas warga diluar rumah. Para pelaku UMKM dapat memanfaatkan teknologi untuk dapat mempertahankan bisnisnya maupun meminimalisir segala risiko yang dialami selama pandemi, dengan berjualan dan mempromosikan produk mereka di media digital.

 

Setelah masa transisi dari pandemi ke kehidupan normal, terjadi perubahan pola perilaku pembelian konsumen dari online ke offline. “Saat pandemi memang berjualan dengan media digital sangat membantu penjualan namun, setelah pandemi usai justru penjualan lewat media digital berkurang, mungkin karna masyarakat lebih tertarik membeli langsung,” ungkap Kang Dedi salah satu pelaku UMKM, penjual bubur di daerah Darussalam. Ungkapan ini turut menyimpulkan bahwa meningkatnya keinginan masyarakat untuk kembali melakukan interaksi langsung dalam jual-beli setelah pandemi. Segala perubahan inilah yang menuntut pelaku UMKM untuk terus berimprovisasi dengan perkembangan teknologi dan segala perubahan yang terjadi.

 

Fenomena transisi pembelian dari online kembali ke offline tentu bukan menjadi alasan untuk tidak menggunakan media digital sama sekali. Disisi lain, platform digital juga dapat lebih memaksimalkan penjualan dan promosi produk, hal ini bahkan relevan setelah pandemi berakhir sekalipun, mengingat hidup manusia sudah tidak lepas dengan media digital. “Digitalisasi UMKM membuat penjualan lebih menguntungkan, mempermudah, dan memperluas untuk menjangkau pelanggan” ujar Bang Fadhli selaku pelaku UMKM di kantin FEB USK.

 

Jika membahas Digitalisasi UMKM, tentu pemerintah memiliki peran penting dalam memaksimalkan potensi UMKM tersebut. Menurut kang Dedi, “Sampai saat ini belum ada dirasakannya program Pemerintah Banda Aceh untuk melakukan pelatihan ataupun sosialisasi terkait dengan digitalisasi UMKM ini”.

 

“Jika memang ada, saya harap Pemerintah Banda Aceh dapat bekerja sama dengan pelaku media sosial agar dapat memberikan program edukasi literasi digital yang efektif pada pelaku UMKM,” ujar Bang Fadhli.

 

Dapat disimpulkan dari sebagian besar pelaku UMKM yang telah kami survey, menunjukkan bahwa para pelaku UMKM di Banda Aceh sudah melek terhadap media digital. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya para pelaku UMKM yang sudah memasuki platform media digital, dan melakukan transaksi jual–beli secara online namun, tetap saja bukan berarti Pemerintah harus menutup mata tentang hal ini, dapat kita bandingkan dari negara lain internet Indonesia cenderung lambat, bahkan berdasarkan laporan Speedtest Global Index Desember 2021 internet Indonesia yang paling lambat di ASEAN.

 

Belum lagi di era disrupsi seperti saat ini, masih ada segmen UMKM yang dikelola oleh orang tua yang masih mencoba beradaptasi dengan teknologi, gejolak bisnis dan teknologi sangat cepat bertransformasi dari bentuk aslinya, mulai dari bisnis yang dulunya hanya saling menghubungi menggunakan nomer handphone, lalu bisnis dengan memanfaatkan media sosial, sampai tersedianya platform khusus untuk melakukan bisnis, hal inilah yang menjadi tugas pemerintah untuk membangun infrastruktur dan program-program literasi yang konsisten dan efektif agar terjalinnya siklus ekonomi UMKM yang sehat dan merata.

 

(Perspektif / Sabarina & Teuku Arief Hidayat)