Perjalanan menuju Galeri Kopi Indonesia (GKI) tidak begitu mulus. Jam menunjukkan pukul 17.00 waktu dimana jalanan berubah menjadi lautan manusia. Para karyawan yang sudah seharian bekerja berlomba-lomba untuk cepat sampai kerumah masing-masing. Begitupun dengan anak-anak sekolahan yang ikut memenuhi jalanan, ditambah muda-mudi yang sedang dimabuk cinta turut kemacetan. Namun kemacetan di Aceh tidak membuat orang-orang ini tua dijalan karena tidak sepadat jalanan ibu kota.
Setiba di Galeri Kopi Indonesia kalian tidak akan menemukan Cafe dengan nuansa minimalis, ataupun tembok abu-abu yang sedang kekinian seperti Coffee Shop pada kebanyakan kita jumpai di Banda Aceh, namun kita akan melihat sisi keindahan bangunan yang di dominasi oleh kayu asli dengan kebun kopi di belakangnya. Ada beberapa pondok bertingkat di antara kebun kopi. Jangan salah, meskipun terlihat sederhana justru tempat ini ramai dikunjungi dan tetap memiliki sisi keindahan tersendiri dengan mengusung konsep natural yang menjadikan daya tarik bagi GKI. Jika ingin bertemu teman tanpa sibuk dengan ponsel masing-masing mungkin kalian bisa menjadikan GKI sebagai salah satu opsi karena tidak tesedia WiFi disini.
Matahari mulai terbenam tandanya menunjukkan pukul 18.00 lewat, tak membuat kami lengah. Mengambil sudut jepretan ter-aestetic sembari menunggu Owner Galeri Kopi Indonesia agar bisa ditunjukkan di laman Instagram pribadi, yah walaupun belum centang biru juga. Memilih posisi duduk yang strategi yaitu di salah satu pondok bertingkat dengan pemandangan kebun kopi. Kalian tidak akan menemukan Lemontea di buku menu jika ingin memesan non coffee, tetapu minuman coklat adalah pilihan yang sempurna. Tak berselang lama Owner Galeri Kopi Indonesia yang akrab disapa Bang Syahru Gayo pun tiba dan menyambut hangat kedatangan kami.
Meskipun tujuan kami datang untuk mencari ilmu, tenang saja tak perlu risau, pertemuan ini tidak terasa seperti kuliah umum ataupun seminar di kampus karena pertemuan kami bersifat diskusi membuat suasana terasa sedikit santai dan tidak jenuh. Kami juga dapat mengutarakan semua rasa penasaran yang ada. Pemilihan kata yang disampaikan oleh Bang Syahru sebagai narasumber memiliki pesonanya sendiri, membuat kami terfokus pada jawaban yang diberikan. Memberikan gambaran logika untuk beberapa pertanyaan yang kami lontarkan membuat jawaban yang diberikan menjadi mudah dipahami untuk kalangan anak muda seperti sekarang ini.
Ada satu cerita tentang Desain Galeri Rumah Kopi yang menciptakan gelak tawa namun memiliki pesan yang mendalam. Kisah saat Galeri Kopi Indonesia masih awal merintis dimana kondisi tempat ini masih sangat sederhana menggunakan bahan seadanya, menggunakan atap Rumbia. Suatu ketika hujan turun dengan sangat deras dengan kondisi atap bocor.
“Ada orang bilang ke saya bang bocor,” ujar Owner GKI memulai ceritanya. Mungkin kebanyakan orang akan malu jika mendapat teguran seperti itu dari pelanggan, namun berbeda dengan Bang Syahru yang memberikan jawaban tak terduga
“Emang desainnya kayak gitu kak” jawab Bang Syahru, yang sontak membuat kami tergelak sungguh jawaban yang tak terpikirkan.
“Memang dia kalau ga bocor kita bocorin biar orang merasakan esensi ngopi dikebun, dempet-dempet,” sambung Bang Syahru melanjutkan ceritanya. Meski itu sebuah cerita lucu ada point penting yang ingin disampaikan yaitu jadikan kekuranganmu sebagai kekuatanmu.
Yang membuat GKI tetap ramai dikunjungi karena pelayanannya yang baik dengan cara menjelaskan tentang kopi yang ingin dipesan oleh pelanggan sehingga Gayo Mountain orang awam yang belum paham kopi tapi mau ngopi bisa tau karakteristik dari pesananmu.
Di tengah pandemi 2019-2021 lalu Galeri Kopi Indonesia juga ikut terdampak. Dari 11 orang karyawan menjadi 1 orang karyawan. Ada banyak kegagalan yang dialami saat ingin bangkit. Namun, di tengah situasi pandemic tidak membuat Owner berhenti di tengah jalan, melainkan mencoba melahirkan sebuah inovasi terbaru yaitu sebuah produk baru rokok tembakau yang kini sangat laris dan disuka.
Sepertinya kurang asik jika sudah disini dengan ahli kopi tapi tidak bertanya tentang perdebatan antara mitos atau fakta jika kopi menyebabkan asam lambung yang akhirnya diberikan jawaban oleh sang ahli kopi, “faktor yang menyebabkan asam lambung adalah gula. Justru kopi memiliki kandungan yang dapat mendempul asam lambung itu sendiri. Tak hanya memberi jawaban untuk membuktikannya kami pun diberikan 2 jenis kopi untuk dicicip, ada kopi Bourbone dan kopi Red Wine kedua kopi ini memiliki rasa yang dominan pahit,” ujar pemilik GKI tersebut.
Langit sudah mulai redup pertanda hari semakin larut. Sudah saatnya kami pamit undur diri agar dapat melanjutkan perjalanan menuju tujuan berikutnya. Pengalaman berkunjung ke tempat ini adalah pilihan yang tepat. Ada begitu banyak ilmu yang kami serap dan pelajari. Tak hanya tentang kopi, namun juga perihal agama, kehidupan, sosial, desain, bahkan ilmu terkait ekonomi dan bisnis pun diberitahukan kepada kami ditambah dengan pembawaannya yang ramah membuat kami betah berbincang-bincang dengan Bang Syahru sampai lupa waktu.
(Perspektif/Shatila & Jihan)