BeritaFeaturesInternasional

Taylor Swift dan Swiftonomics, Dampaknya Terhadap Perekonomian Singapura

×

Taylor Swift dan Swiftonomics, Dampaknya Terhadap Perekonomian Singapura

Sebarkan artikel ini
By : Wallpaper Flare

Darussalam – Pada awal Maret 2024, Taylor Swift menggelar konser tunggal spektakulernya, “The Eras Tour”, di National Stadium Singapore. Konser yang membagi dua akhir pekan ini, dari 2 – 4 Maret dan 7 – 9 Maret, telah mencatat keberhasilan gemilang. Singapura, yang sering disebut sebagai Negara Singa, menjadi satu-satunya tujuan di Asia Tenggara yang beruntung disinggahi oleh Taylor selama enam hari.

300.000 tiket konser telah terjual habis, menunjukkan antusiasme yang luar biasa dari para penggemar. Menariknya, sebanyak 70% dari penonton konser tersebut adalah wisatawan dari luar negeri, menunjukkan daya tarik global Taylor Swift yang tak terbantahkan. Kabar kesuksesan konser ini menjadi sorotan, menciptakan buzz yang luar biasa di media sosial dan berbagai platform hiburan.

Efek dari penggemar Taylor Swift, yang dikenal sebagai Swiftie, memang tidak main-main. Para penggemar setia rela berbondong-bondong ke kota – kota yang mengadakan konser yang menghabiskan uang untuk penginapan, makanan, transportasi, dan barang dagangan demi hadir di panggung musisi tersebut. BBC News melaporkan bahwa konser Taylor Swift sebelumnya di Negeri Kanguru, Australia, menyebabkan lonjakan belanja konsumen sebesar US$145 juta. Konser ini telah dilaksanakan tujuh malam di Sydney dan Melbourne, dengan lebih dari 570.000 tiket terjual. Tidak hanya di Australia, selama The Eras Tour berlangsung, Swiftie telah meningkatkan perekonomian lokal di seluruh Amerika Serikat.

Fenomena ini disebut-sebut dengan istilah Swiftonomics. Istilah ini menunjukkan pengaruh Taylor Swift pada dampak ekonomi di wilayah yang dipilih untuk tampil. Kini giliran Singapura yang merasakan peningkatan keuntungan perekonomian dari mengundang bintang pop tersebut.

Swiftonomics telah muncul sebagai gambaran yang kuat mengenai dampak ekonomi yang dihasilkan oleh tur yang dilakukan oleh superstar global tersebut, khususnya di kawasan Asia Pasifik. Fenomena ini, yang pertama kali diidentifikasi oleh analis ekonomi Augusta Saraiva, menyoroti guncangan permintaan pasca Covid 19 dengan The Eras Tour milik Taylor Swift yang berfungsi sebagai katalis bagi aktivitas ekonomi yang signifikan di berbagai negara.

Menurut Sky News, Singapura telah mendapatkan perjanjian eksklusif untuk mencegah Taylor Swift tampil di negara Asia Tenggara lainnya, menurut Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin. Dia mengungkapkan bahwa promotor konser AEG memberinya pengarahan tentang kesepakatan yang memastikan The Eras Tour Taylor Swift tidak akan melewati negara-negara lain dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Memuji langkah strategis Singapura, Thavisin mengungkapkan rasa penasarannya sebelumnya tentang mengapa Swift tidak merencanakan pertunjukan apa pun di Thailand. Ia belajar dari AEG bahwa menjadi tuan rumah Swift di Thailand akan lebih hemat biaya dan berpotensi menarik sponsor serta wisatawan tambahan. Meskipun diperlukan subsidi setidaknya 500 juta baht, dia yakin investasi tersebut akan bermanfaat bagi perekonomian Thailand.

Menyesali kesempatan yang terlewatkan, Thavisin mengatakan dalam pidato utamanya, “Seandainya saya mengetahui hal ini, saya akan berusaha keras untuk membawakan pertunjukannya ke Thailand.”

(Perspektif/ Fadia dan Mazaya)

Editor : Yulisma Mahbengi