BeritaNasionalStraight News

Tingginya Persentase Permasalahan Gender di Aceh, BEM USK Gelar Aceh Gender Conference

×

Tingginya Persentase Permasalahan Gender di Aceh, BEM USK Gelar Aceh Gender Conference

Sebarkan artikel ini

Darussalam – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Syiah Kuala (USK) menggelar Aceh Gender Conference  pada Sabtu, 25 November 2023, di Gedung AAC Dayan Dawood.

Kegiatan ini mengusung tema ‘Equity, Diversicty, Inclusion For Women’s World’. Dalam laporannya, Ketua Panitia yang juga menjabat sebagai Wakil Menteri Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan BEM USK, mengatakan bahwasanya ada sebanyak 600 orang yang ikut serta dalam acara konferensi ini dan didominasi oleh perempuan. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pengaduan kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan dan terjadi pada lingkungan pendidikan maupun sekitar.

“Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan BEM USK, dari Juli hingga September 2023 dengan total responden 101 orang, menunjukkan angka 54,56% mengalami pelecehan seksual secara isyarat atau gerakan tubuh, 68% mengalami pelecehan seksual secara psikologis atau adanya permintaan maupun ajakan, 50,6% mengalami pelecehan seksual dalam bentuk foto ataupun video, dan yang lebih mirisnya lagi 70,1% korbannya adalah perempuan,” jelas Cut Sarah Humaira selaku Ketua Panitia.

Menurutnya dari persentase tersebut dapat kita lihat bahwa permasalahan gender sudah di angka yang mengkhawatirkan, padahal USK juga telah membentuk satuan tugas (satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) namun kinerjanya tidak maksimal.

Acara ini turut dihadiri oleh anggota Komisi X DPR RI Ibu Illiza Sa’aduddin Jamal dan juga beberapa tokoh, antara lain Wakil Rektor Bidang Akademik USK, Ketua Komisi V DPRA, MPU Aceh, dan para aktivis perempuan Aceh. Kehadiran para tokoh ini bertujuan untuk membahas persoalan gender yang terjadi dari berbagai sudut pandang, yaitu agama, politik, pendidikan, psikologis, hukum, pembangunan dan juga adat.

Permasalahan gender yang sangat terlihat adalah pada aspek politik, sejak 20 tahun terakhir ini adalah pertama kalinya perempuan Aceh bisa menembus kursi kepemimpinan DPR RI. Padahal jika kita lihat secara adat dan sejarah, Aceh telah melahirkan banyak tokoh perempuan hebat seperti Laksamana Keumala Hayati dan Cut Nyak Dhien. Hal ini membuktikan bahwa Aceh sudah lebih dahulu menjunjung tinggi mengenai permasalahan gender.

Ahli Sosiologi Pembangunan Dr. Ir. Zikri, S. P., M. A, menurutnya perempuan kerap kali menjadi bahan eksploitasi, padahal sosok dan peran perempuan sebagai aset pembangunan yang harus kita junjung tinggi. Hal ini disebabkan oleh perspektif ideologi gender yang salah, di mana selalu memposisikan perempuan untuk bertanggung jawah penuh dalam urusan rumah tangga.

Konferensi ini mengangkat isu yang sangat menarik, peserta yang didominasi oleh perempuan tampak sangat antusias terhadap jalannya kegiatan. Namun, beberapa peserta terlihat kurang puas dengan penyampaian materi yang dibawakan. Menurut pandangan salah satu peserta, panelis hanya menawarkan teori tanpa diiringi dengan implementasi solutif.

Cut Sarah berharap dengan adanya konferensi ini, persoalan gender juga kekerasan seksual yang ada di Aceh bisa teratasi dengan baik, terutama pada kalangan mahasiswa.

(Perspektif Cut Misni/Annisa Amanah Illah Saragih)

Foto: Fadia Naura Kintani

Editor : Dinda Syahharani