Darussalam – Pemerintah Aceh bersama berbagai pemangku kepentingan menggelar Duek Pakat Nasional Tata Kelola Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Balai Sidang Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, pada Senin, 7 Juli 2025. Forum ini menjadi ruang konsolidasi dan evaluasi untuk memperkuat pelaksanaan program MBG secara berkelanjutan dan tepat sasaran.
Acara diawali dengan pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an dan Shalawat Nabi, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Hymne Aceh dan Hymne USK.
Forum ini juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Aceh, Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Syiah Kuala, perwakilan Kodam Iskandar Muda, Kepolisian Daerah Aceh, Kejaksaan Tinggi Aceh, Bank Aceh Syariah, Bank Syariah Indonesia, PT Pembangunan Aceh, Dayah Jeumala Amal, serta berbagai pihak lain yang terlibat dalam implementasi program MBG di berbagai daerah.
Wakil Gubernur Aceh, H. Fadhlullah, SE., dalam keynote speech-nya menyatakan bahwa MBG merupakan komitmen Pemerintah Aceh dalam membangun generasi sehat dan cerdas.
“Dengan makanan bergizi dan sehat, maka akan melahirkan pemikiran yang sehat,” ujarnya. Beliau juga menambahkan, “Dapur MBG juga diharapkan dapat menjadi pemerataan ke semua masyarakat yang membutuhkan.”
Ketua Panitia, Dr. Fazli Syam BZ, S.E., M.Si., Ak., CA.., menjelaskan bahwa duek pakat ini diinisiasi dengan berhasilnya Dayah Jeumala Amal memiliki dapur MBG yang merupakan bantuan dari Inkopontren (Induk Koperasi Pondok Pesantren). Tujuan akhirnya adalah agar proses dapur MBG di Pidie Jaya dapat kita pantau dan tata kelola dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Hasil dari duek pakat ini nantinya akan disiapkan menjadi beberapa buku panduan yang berkaitan dengan tata kelola dapur MBG.
“Seperti yang disampaikan tadi, kita akan fokus kepada Governance, Risk, and Compliance (GRC) yang dikaitkan dengan Environmental, Social and Governance (ESG); sehingga nanti apa yang menjadi rujukan dalam tata kelola dapur MBG ini bisa kita pakai setidak-tidaknya itu dilakukan di dapur MBG-nya Dayah Jeumala Amal,” pungkasnya.
T. Umar Laksamana, MBA salah seorang narasumber saat diwawancarai menjelaskan bahwa dengan terlaksananya Duek Pakat Nasional ini diharapkan dapur-dapur MBG bukan hanya di Dayah Jeumala Amal, paling tidak di Aceh dapat melakukan tata kelola manajemen yang baik. Di bawah pemerintah pusat, Satuan Penyelenggaraan Pemenuhan Gizi (SPPG) menunjuk Inkopuntren (Induk Koperasi Pondok Pesantren) Dayah Jeumala Amal sebagai pelaksana di lapangan.
“Saya mengharapkan apa yang terjadi di daerah lain tidak terjadi di aceh, dan syukur-syukur kalo konsep yang dihasilkan dari duek pakat ini bukan hanya dipakai oleh Aceh saja tapi bisa dipakai oleh nasional,” ujarnya.
Diskusi berjalan dinamis dan menghasilkan sejumlah rekomendasi awal, termasuk penyusunan pedoman nasional tata kelola dapur MBG, pelatihan rutin bagi pengelola, serta sistem monitoring berbasis data. Acara ditutup dengan pemberian token ucapan terima kasih dan foto bersama para narasumber, kemudian dilanjutkan dengan silaturahmi dan makan siang bersama.
(Perspektif/ Khusyaifa Baihaqi Kharisma Pane)
Editor : Nabila Anris Putri











