Darussalam — Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) menjadi ancaman besar di seluruh dunia karena menyebabkan meningkatnya angka kematian. Menyadari urgensi tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) berinisiatif melakukan penelitian untuk menangani masalah ini. Tim ini terdiri atas mahasiswa Fakultas Teknik Komputer: Nur Hidayah Naimah Harahap (ketua), Muhammad Ilham, dan Muhammad Suhaili, serta mahasiswa Fakultas Kedokteran: Dzakiroh Mufidah Hasibuan dan Farah Narizki, dengan bimbingan Dr. dr. Budi Yanti, Sp.P(K).
Menurut data WHO tahun 2021, PPOK menyebabkan 3,5 juta kematian dan menempati posisi sebagai penyebab kematian keempat terbesar di dunia. PPOK bisa diduga melalui gejala dan faktor penyebabnya, mulai dari ringan hingga parah, dengan tiga tanda utama yaitu kesulitan bernapas, batuk terus-menerus, serta produksi dahak berlebihan. Penyakit ini umumnya dipicu oleh paparan jangka panjang terhadap zat berbahaya seperti asap rokok, debu, bahan kimia di tempat kerja, serta asap dari pembakaran kayu saat memasak (Hasanah et al., 2023).
Dampak dari PPOK tidak hanya menurunkan produktivitas, tetapi juga meningkatkan biaya pengobatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini membebani sistem kesehatan dan perekonomian. Oleh karena itu, deteksi dini sangat diperlukan untuk mencegah perkembangan penyakit sekaligus menekan beban finansial (Venkatesan, 2024).
“Oleh karena itu, kami membuat alat deteksi dini berbasis Internet of Things (IoT) dan Machine Learning melalui Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC). Alat ini dapat digunakan secara mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat, khusunya perokok. Kami memberi nama inovasi ini Screening Unit for Noninvasive Detection of COPD Using Exhaled VOCs and Internet of Things (SUNSTONE),” ujar Naimah selaku ketua.

SUNSTONE menggunakan sensor Volatile Organic Compounds (VOCs) sebagai detektor yang bisa menganalisis gas dari napas pasien (perokok). Data napas direkam secara real-time, lalu dianalisis dengan machine learning untuk mendeteksi tanda awal PPOK sekaligus mengukur tingkat keparahannya secara akurat. Seluruh data dapat diakses melalui website khusus yang terhubung dengan IoT.
Prosedur pengambilan sampel dilakukan dengan meminta pasien berkumur menggunakan air putih, menarik napas dalam, lalu menghembuskan ke mouthpiece sebanyak beberapa kali untuk memastikan akurasi data. Selama prosedur, terdapat pengawasan ketat untuk memastikan kenyamanan, keselamatan, serta menjaga privasi pasien. Data yang terkumpul selanjutnya diverifikasi untuk mengevaluasi kondisi kesehatan pasien terkait PPOK.
“Saat ini, kami sedang berada pada tahap pengambilan sampel napas pasien PPOK di RSUDZA. Harapan kami, inovasi ini dapat membantu tenaga kesehatan meninjau data dan mengevaluasi hasil deteksi, sekaligus menekan jumlah penderita PPOK dengan tingkat keparahan tinggi,” tambah Naimah.
Press Release: Tim SUNSTONE
Editor: Nabila Anris Putri











