Darussalam – Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan pelajar, termasuk kalangan siswa sekolah menengah di Indonesia. Dengan bantuan AI, siswa dapat menyelesaikan berbagai tugas secara instan, mulai dari mengerjakan pekerjaan rumah hingga membuat laporan. Kehadiran platform seperti ChatGPT, Google Bard, dan lainnya membuat proses kegiatan belajar terasa lebih cepat dan efisien.
Namun, di balik kemudahan tersebut, tersembunyi satu persoalan penting, yaitu berkurangnya keinginan siswa untuk berpikir secara mandiri. Ketergantungan terhadap AI dapat mengikis kemampuan berpikir kritis yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan nyata.
AI memang menawarkan solusi yang cepat dan efisien, namun sering kali siswa tidak benar-benar memahami proses atau inti permasalahannya. Akibatnya, mereka tidak tahu di mana letak kesalahannya dan justru terjebak dalam kebingungan. Ini menghambat pembentukan pola piker siswa sebagai pemecah masalah yang esensial bagi masa depan.
Lebih dari itu, penggunaan AI secara berlebihan juga menghilangkan proses perjuangan yang justru membentuk kedisiplinan dan motivasi belajar. Ketika segalanya terasa begitu mudah dan instan, terciptalah rasa pencapaian yang semu. Siswa mungkin merasa telah mencapai atau memahami sesuatu, padahal tidak melalui proses pembelajaran yang sebenarnya. Ini berbahaya, karena menyebabkan kebiasaan kerja keras dan belajar mandiri mulai memudar.
Aspek lain yang menjadi perhatian adalah munculnya ketergantungan berlebihan terhadap AI. Siswa cenderung terlalu bergantung pada AI, sehingga mereka kesulitan berpikir secara mandiri. Hal ini bukan hanya mengurangi kreativitas, tetapi juga mematikan semangat eksplorasi dan pendekatan orisinal dalam menyelesaikan persoalan. Mereka lebih memilih menyerahkan segalanya kepada AI daripada mengembangkan ide mereka sendiri.
Pada akhirnya, meskipun AI menawarkan kemudahan dan dukungan besar dalam pembelajaran, penggunaannya yang berlebihan justru dapat menimbulkan dampak negatif, seperti menurunnya kemampuan berpikir kritis, ketergantungan berlebih, dan hilangnya kreativitas. Oleh karena itu, AI seharusnya dimanfaatkan sebagai alat bantu belajar, bukan sebagai jalan pintas untuk menghindari proses pembelajaran yang sesungguhnya.
Penulis: Arif Mulya Maulana
Editor: Nabila Anris











