BeritaKampusOpiniStraight News

Lex Icon 2025, Kompetisi Hukum Nasional Perdana FH USK, Mengasah Kritis serta Menyatukan Jejaring Mahasiswa Hukum

×

Lex Icon 2025, Kompetisi Hukum Nasional Perdana FH USK, Mengasah Kritis serta Menyatukan Jejaring Mahasiswa Hukum

Sebarkan artikel ini
By : KDFH USK

Darussalam – Komunitas Debat Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (KDFH USK) resmi meluncurkan Lex Icon 2025, ajang kompetisi hukum berskala nasional yang mengusung tema Membangun Penegakan Hukum yang Adaptif, Inklusif, dan Berkeadilan di Era Disrupsi. Acara ini berlangsung pada 22 Juli – 26 Oktober 2025 secara hybrid, menggabungkan sesi daring dan luring di Gedung AAC Dayan Dawood, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Lex Icon 2025 diselenggarakan dengan tujuan utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis mahasiswa hukum di seluruh Indonesia. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat menumbuhkan budaya diskusi ilmiah yang rasional, terbuka, dan berintegritas di kalangan akademisi muda. Selain itu, Lex Icon juga bertujuan untuk memperkuat jejaring antar mahasiswa hukum dari berbagai perguruan tinggi, serta mengokohkan peran Kelompok Diskusi Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (KDFH USK) sebagai pusat pengembangan soft skill di bidang hukum.

By : KDFH USK
By : KDFH USK

Rangkaian kegiatan Lex Icon 2025 terdiri dari dua agenda utama, yaitu Debat Hukum Nasional dan Legal Opinion Nasional. Untuk Debat Hukum Nasional, proses registrasi dibuka dalam dua gelombang, yakni pada tanggal 22 hingga 31 Juli untuk Gelombang 1, dan 1 hingga 16 Agustus untuk Gelombang 2. Pengumpulan esai berlangsung dari 7 hingga 27 September, dilanjutkan dengan pelaksanaan Perempat Final secara daring pada 11 Oktober. Semifinal dan Final akan diselenggarakan secara luring di Banda Aceh pada 25 Oktober, dan ditutup dengan kegiatan Field Trip pada 27 Oktober. Sementara itu, untuk Legal Opinion Nasional, registrasi juga dibuka dalam dua gelombang dengan jadwal yang sama seperti Debat Hukum. Rilis kasus dan technical meeting dijadwalkan pada 4 September, dan batas akhir pengumpulan naskah adalah 30 September. Final presentasi akan dilaksanakan pada 18 Oktober sebagai puncak dari rangkaian kegiatan ini.

Acara ini akan menjadi acara tahun pertama yang dimulai dari tahun 2025. Tahun ini menjadi tahun pertama pelaksanaan Lex Icon dan rencananya akan menjadi agenda tahunan KDFH. Selain itu rencananya pemenang dari lomba ini akan mendapatkan piala bergilir. Ada dua agenda utama dalam Lex Icon ini, yaitu lomba debat hukum sama lomba legal opinion. Lomba ini dikhususkan pada mahasiswa fakultas hukum, karena debat hukum itu memperdebatkan substansi-substansi dari hukum. Begitu juga dengan legal opinion, mahasiswa fakultas hukum punya pemahaman yang lebih dalam hukum. Jadi lomba ini memang diperuntukkan untuk mahasiswa fakultas hukum.

Acara ini diselenggarakan dengan maksud agar mahasiswa fakultas hukum bisa menampakkan kepada masyarakat bagaimana hukum yang berkeadilan. Implementasi ini dapat dilihat melalui penyelenggaran lomba debat dan legal opinion, pada lomba debat mereka memperdebatkan bagaimana hukum dari berbagai sisi, pro dan kontra. Dan bagaimana hukum itu dapat menciptakan keadilan di Indonesia. Pada lomba legal opinion peserta menuliskan bagaimana seharusnya hukum yang berkeadilan diterapkan dalam esainya. “Hukum di Indonesia saat ini menurut masyarakat adalah hal yang inklusif atau hanya bisa dimanfaatkan oleh beberapa orang. Kami ingin mengangkat bahwa hukum di Indonesia itu harus ekslusif, harus bisa dimanfaatkan oleh berbagai pihak” ungkap Maulana Rizki, Kepala divisi Penanggungjawab bidang legal opinion saat di wawancarai.

 

Pada gelombang pertama pendaftaran sudah ada sekitar 16 tim fakultas hukum dari berbagai universitas di Indonesia yang menunjukkan antusiasmenya. Termasuk diantaranya kampus-kampus top seperti Universitas Islam Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Syiah Kuala, Universitas Diponegoro, Universitas Padjadjaran, USU,  dan UNAND yang mendaftar untuk mengikuti lomba debat dan legal opinion.

Debat ini mencapai puluhan tim yang mendaftar, tim-tim yang akan melaju ke tahap lomba akan diseleksi dari esai yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan agar tidak terlalu banyak memakan waktu pada lomba-lomba. Apalagi debat ini dilaksanakan secara hybrid. Dari tahap seleksi berkas ini maka akan dipilih 18 tim dengan esai dengan substansi terbaik dari puluhan tim yang mendaftar untuk melaju ke tahap lomba. “Walaupun debat itu orang kira hanya soal berbicara, tapi debat itu juga memperdebatkan substansi. Jadi substansi dari esai itu juga penting. Esai ini juga menunjukkan apa substansi dari para calon-calon yang akan maju ke lapangan besar” ujarnya.

Seleksi awal dilakukan melalui pengumpulan esai untuk menyaring peserta, terutama pada lomba debat yang berlangsung secara hybrid. Empat tim debat terbaik akan maju ke babak final di Banda Aceh, bertanding di Gedung AAC Dayan Dawood, serta mengikuti field trip ke destinasi wisata dan sejarah di kota Banda Aceh. Tim yang lolos akan mendapatkan akomodasi biaya untuk transportasi. Tapi untuk penginapan itu ditanggung sendiri oleh peserta.

Peserta akan mendapatkan sertifikat, untuk finalis debat, 4 tim itu akan mendapatkan uang pembinaan. Juara 1 debat sekitar 4 juta, juara 2 debat 2 juta, juara 3 debat 1 juta. Untuk legal opinion, juara 1,5 juta, juara 2 satu juta, juara 3 tujuh ratus lima puluh ribu. Kalau debat, finalisnya akan datang ke sini jadi mereka yang akan field trip. Peserta lomba legal opinion akan dilaksankan secara online semua dan tidak ada field trip. Untuk legal opinion, para peserta mengirim naskah terlebih dahulu dan 6 tim dengan nilai tertinggi akan presentasi.

Meskipun ini merupakan tahun pertama bagi KDFH melaksanakan acara ini, hambatan demi hambatan dapat diatasi dengan baik oleh panitia berkat dukungan penuh alumni dan semangat panitia dari berbagai angkatan. Alumni juga membantu dari segi dana, promosi, dan lain-lain. Dengan dukungan tersebut, panitia dapat mengatasi hambatan yang dihadapi.

“Kami ingin menjalin kerja sama atau silaturahmi dengan komunitas debat di berbagai daerah, termasuk yang jauh dari kami. Dalam jangka panjang, kami ingin melakukan kunjungan, belajar bersama, tukar pikiran, atau sparing debat antar-universitas. Jadi lomba Lex Icon ini jadi langkah awal untuk mempererat silaturahmi, supaya kalau ada kunjungan atau kerja sama di masa depan sudah terjalin,” ujarnya.

Dengan support dari alumni, Lex Icon 2025 diharapkan menjadi ajang tahunan bergengsi yang memperkuat reputasi FH USK di kancah nasional dan internasional. Harapannya, Lex Icon ini bisa menjadi lomba tingkat internasional.

(Perspektif/Boy dan habib)

Editor: Akif