BeritaFeaturesOpini

Stop Mengejar Validasi dengan Belajar Mencintai Diri Sendiri

×

Stop Mengejar Validasi dengan Belajar Mencintai Diri Sendiri

Sebarkan artikel ini
By : Pinterest

Darussalam – Pernahkah kamu merasa gelisah karena tidak diakui atau tidak mendapatkan pengakuan dari orang lain? Mungkin, tanpa sadar, kamu sedang terjebak dalam jebakan syaitan. Ketika kita terlalu bergantung pada pengakuan manusia, syaitan akan diam-diam menanamkan rasa cemas, iri, dan ketidak puasan dalam hati kita. Merasa hidup kita tidak berarti jika tidak ada yang mengakui, dan akhirnya kita semakin tenggelam dalam pencarian validasi yang tak pernah ada habisnya.

Pencarian validasi sering kali dianggap sebagai indikator keberhasilan dalam hidup. Namun, tanpa disadari, ini adalah jebakan yang mengarah pada kehampaan dan kebingungan. Ketika kita terlalu fokus pada pengakuan orang lain, kita justru semakin jauh dari tujuan hidup yang sebenarnya.

Pencarian validasi yang tak berujung sering kali terlihat melalui beberapa ciri berikut:

  • Sering mencari pujian dan pengakuan.
    Orang yang terjebak dalam pencarian validasi merasa bahwa hidupnya tidak berarti jika tidak ada yang mengakui pencapaiannya.
  • Sensitif terhadap kritik.
    Orang ini merasa bahwa kritik terhadapnya adalah serangan pribadi, bukan saran untuk perbaikan.
  • Suka membandingkan diri dengan orang lain.
    Membandingkan diri dengan orang lain akan membuatnya merasa lebih rendah atau tidak cukup baik.
  • Sulit menerima saran atau masukan.
    Orang ini merasa bahwa dirinya selalu benar dan tidak membutuhkan kritik atau masukan dari orang lain.
  • Selalu ingin menjadi pusat perhatian.
    Keinginan untuk menjadi pusat perhatian sering mendorongnya untuk terus mencari cara agar dirinya dilihat dan diperhatikan.

Jika kamu merasa memiliki salah satu atau beberapa ciri ini, mungkin sudah saatnya untuk melakukan evaluasi diri dan memperbaiki cara berpikir serta cara kita melihat hidup.

Pencarian validasi yang terus menerus dapat membawa dampak yang sangat merugikan bagi kesehatan mental. Beberapa dampaknya termasuk kecemasan dan ketidakpuasan yang terus muncul. Kita merasa hampa tanpa pengakuan, padahal sejatinya Rasulullah mengajarkan kita untuk berbuat ikhlas dan tidak mencari pujian dari manusia. Pujian yang terus dicari justru membawa kita pada kecemasan yang tak pernah berujung.

Lebih jauh lagi, syaitan sering kali membuat kita terlalu peduli pada “citra diri” dan pengakuan dari orang lain, sehingga kita melupakan yang lebih penting yaitu ridha Allah. Ketika kita terfokus hanya pada pengakuan manusia, kita melupakan tujuan hidup yang lebih mulia, yaitu untuk mendapatkan ridha Allah. Ingatlah bahwa ridha Allah lebih penting daripada pengakuan manusia mana pun.

Berikut beberapa cara yang dapat membantu kita melepaskan diri dari jebakan pencarian validasi:

  • Luruskan niat – Lakukan segala sesuatu dengan niat karena Allah, bukan semata-mata untuk mendapatkan pujian dari orang lain.
  • Sadari bahwa manusia tak pernah puas – Tidak semua orang akan menyukai kita, dan itu adalah hal yang wajar. Jangan biarkan pencarian validasi menguasai hidupmu.
  • Fokus pada kualitas diri – Jadilah bermanfaat bagi orang lain dan dunia ini. Fokus pada kualitas diri dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, bukan hanya terkenal atau dikenal.
  • Perbanyak doa dan introspeksi – Minta kepada Allah agar menjaga hati kita agar tetap terlindungi dari jebakan pencarian validasi. Doa dan introspeksi adalah cara untuk tetap berada di jalan yang benar.

“Tidak sedikit orang yang terjebak dalam pencarian validasi tanpa berusaha untuk memperbaiki diri. Misalnya, seseorang yang sudah menyadari adanya masalah dalam dirinya, seperti memiliki “Daddy Issues” atau merasa “fatherless,” namun hanya berhenti pada tahap menyalahkan keadaan atau orang tuanya. Ia merasa bahwa masalah mentalnya disebabkan oleh kurangnya peran ayah, dan hanya membutuhkan validasi bahwa kondisi ini adalah penyebab masalahnya”. Kata salah satu praktis psikologi anak dan remaja fiqah Soraya al haddar

Membenarkan hal yang benar adalah hal yang sah-sah saja. Namun, kita harus hati-hati agar tidak terjebak dalam hawa nafsu yang semakin dikendalikan oleh syaitan. Dalam Psikologi Islam, apapun permasalahan yang dihadapi, seberat apapun itu, tetap ada jalan keluar. Bahkan psikolog atau psikiater, atau sebagai orang yang dekat dengan seseorang, kita harus tetap mengingatkan secara pelan-pelan dan dengan hati ke hati tentang hakekat hidup di dunia yang sebenarnya.

Pencarian validasi memang bisa memberi kepuasan sementara, tetapi itu tidak membawa kita pada kedamaian sejati. Setiap masalah dalam hidup, seberat apapun, bisa kita hadapi dengan niat dan usaha untuk memperbaiki diri. Kita harus memahami hakekat hidup ini, bahwa hidup bukanlah tentang mencari pengakuan manusia, melainkan tentang mencari ridha Allah.

Ingatlah!
Hidup bukan tentang siapa yang memvalidasi kita, tetapi seberapa dekat kita dengan Allah. Hanya dengan memahami hakekat hidup ini, kita bisa menemukan kekuatan untuk berubah dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

 

(Perspektif/Annisa)

Editor : Syawira Rahma Hidaya