BeritaFeaturesNasional

Analisis Ekonomi Sebelum dan Pasca Pemilu di Aceh

×

Analisis Ekonomi Sebelum dan Pasca Pemilu di Aceh

Sebarkan artikel ini
Sumber : Depok Pos

Darussalam – Kelangkaan pasokan beras dan lonjakan harga menjadi atensi serius menjelang Pemilu 2024. Pemerintah menyambangi tantangan ini di tengah kebijakan menghentikan aliran bantuan pangan bansos selama periode 8-14 Februari untuk menghindari politisasi isu. Data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukkan harga beras premium naik 0,32% menjadi Rp15.800 per kilogram, sedangkan harga beras kualitas medium juga meningkat 0,43 persen menjadi Rp13.890 per kilogram. Harga-harga ini melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan, seperti HET beras premium senilai Rp14.400 per kilogram dan beras medium Rp11.500 per kilogram di Provinsi Aceh.

Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Kantor Wilayah (Kanwil) Provinsi Aceh memastikan bahwa pasokan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di gudang Bulog setempat masih mencukupi hingga menjelang Ramadhan. Stok beras mencapai sekitar 13 ribu ton dengan tambahan 9 ribu ton sedang dalam perjalanan ke Kanwil. Dengan tambahan ini, kalkulasi pasokan beras di Perum Bulog Kanwil Aceh mencapai sekitar 22 ribu ton, yang diharapkan dapat mengatasi kelangkaan dan stabilisasi harga di pasaran.

Lonjakan harga beras juga terjadi di seluruh wilayah Indonesia pada awal tahun 2024. Hal ini telah menciptakan dampak yang dirasakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Keluhan tentang kenaikan harga beras yang terus melambung tinggi menjadi sorotan utama. Meskipun demikian, berbagai asumsi mengenai pemicu kenaikan harga beras bermunculan, termasuk spekulasi terkait kesibukan pemilu dan tahun politik. Namun, pengamat ekonomi seperti Jaenal Effendi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menegaskan bahwa kenaikan harga beras pada awal 2024 tidak terkait dengan unsur politik.

Melansir berita dari halaman website Kabupaten Aceh Besar. Per Kamis, 15 Februari 2024 pasca Pemilu harga sembako di Kabupaten Aceh Besar, khususnya di Pasar Tradisional seperti pasar Pagi Keutapang, Kecamatan Darul Imarah, tetap stabil. Meskipun pesta demokrasi tersebut telah berlangsung, tidak ada dampak masif terhadap harga sembilan bahan pokok (Sembako). Harga beras dan bawang masih bertahan pada level normal, tanpa mengalami kenaikan yang signifikan setelah pemilu selesai digelar.

Harga cabai dan kentang mengalami kenaikan setelah pemilu. Meskipun demikian, harga bawang masih stabil. Plt Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Perdagangan (Diskopukmdag) Kabupaten Aceh Besar, Trizna Darma ST, mengonfirmasi bahwa kenaikan harga beberapa bahan pokok disebabkan oleh faktor ketersediaan stok dan angkutan yang tidak beroperasi normal seperti biasanya di hari pemilu.

Stok barang di lapangan terpengaruh oleh antusiasme masyarakat yang tinggi dalam mengikuti pemilu, sehingga stok cabai menjadi terbatas. Selain itu, angkutan yang tidak beroperasi normal di hari pemilu juga menjadi faktor penentu kenaikan harga, meskipun peningkatannya sangat tipis. Suasana pasar juga terlihat tidak terlalu sibuk dan tampak lengang.

Di sisi lain, di Aceh Singkil, harga bahan pokok mengalami lonjakan signifikan. Harga minyak goreng, gula, cabai merah, bawang merah, dan bawang putih meningkat cukup drastis. Situasi ini memberatkan perekonomian masyarakat setempat karena pendapatan yang diperoleh tidak mampu menutupi pengeluaran kebutuhan pokok keluarga. Pedagang dan pembeli di Pasar Tradisional Gosong Telaga, Kecamatan Singkil Utara, merasakan dampak langsung dari kenaikan harga ini. Persediaan bahan pokok di Aceh Singkil masih mengandalkan pasokan dari luar daerah, sehingga kenaikan harga bahan pokok menjadi perhatian serius bagi pemerintah setempat.

Kedua kabupaten ini menunjukkan gambaran yang berbeda dalam menghadapi dampak Pemilu terhadap harga bahan pokok. Aceh Besar mengalami stabilnya harga bahan pokok, sedangkan Aceh Singkil mengalami lonjakan harga yang signifikan. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian serius dari pemerintah untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok, terutama di daerah yang mengalami lonjakan harga, agar tidak memberatkan perekonomian masyarakat. Upaya untuk memastikan ketersediaan pasokan bahan pokok dan mengontrol harga perlu terus dilakukan agar masyarakat tidak terbebani oleh kenaikan harga yang tidak terkendali.

Secara umum, harga beras yang terus naik belakangan ini disebabkan oleh beberapa faktor yang berkontribusi secara signifikan.

  • Pertama, penurunan surplus produksi beras nasional pada Maret 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Potensi panen pada Maret 2024 diperkirakan hanya mencapai 3,51 juta ton, turun dari 5,13 juta ton pada Maret 2023. Hal ini menjadi perhatian karena berdampak pada ketersediaan beras di pasaran.
  • Kedua, kondisi cuaca ekstrem El Nino menyebabkan musim kemarau berkepanjangan, yang mengurangi pasokan beras karena produksi pertanian terganggu. Presiden Joko Widodo juga menyoroti dampak cuaca ekstrem ini pada suplai beras.
  • Faktor ketiga adalah permintaan yang meningkat, terutama selama masa kampanye pemilu 2024. Program tebus murah paket sembako yang memasukkan beras sebagai komponen utama turut meningkatkan permintaan beras secara keseluruhan.
  • Keempat, tingginya ongkos produksi beras, salah satunya disebabkan oleh mahalnya harga pupuk. Indonesia masih bergantung pada negara lain untuk pupuk, dan konflik di negara-negara penyedia pupuk seperti Ukraina dan Rusia telah mengganggu distribusi pupuk ke Indonesia.
  • Faktor terakhir adalah penahanan ekspor beras oleh puluhan negara, yang menyebabkan lonjakan harga beras di negara-negara yang mengalami defisit. Hal ini membuat Indonesia menghadapi hambatan dalam impor beras untuk menjaga stabilitas harga beras di dalam negeri. Dengan adanya faktor-faktor ini, harga beras terus naik dan menjadi tantangan serius bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

(Perspektif, Zaidan Shadiq R)

Editor : Yulisma Mahbengi