Berita

Museum Samudra Pasai, Jejak Kejayaan Kerajaan Islam Pertama di Asia Tenggara

×

Museum Samudra Pasai, Jejak Kejayaan Kerajaan Islam Pertama di Asia Tenggara

Sebarkan artikel ini
By : Perspektif

Darussalam – Museum Samudra Pasai merupakan salah satu situs bersejarah yang menyimpan kekayaan warisan peradaban Islam di Nusantara, khususnya dari Kerajaan Samudra Pasai. Terletak di Aceh Utara, museum ini bukan hanya menjadi tempat bersejarah, tetapi juga merupakan saksi bisu dari kejayaan kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara. Samudra Pasai, yang berdiri pada abad ke-13, menjadi pusat penyebaran Islam serta perdagangan yang menghubungkan dunia Islam dengan Asia.

Kerajaan Samudra Pasai didirikan oleh Sultan Malik As-Saleh pada abad ke-13. Kerajaan ini cepat berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai, dengan pedagang dari Tiongkok, India, hingga Timur Tengah. Selain sebagai pusat perdagangan, Samudra Pasai juga memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di Asia Tenggara.

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Samudra Pasai dikenal sebagai salah satu kekuatan utama di wilayah tersebut. Salah satu bukti sejarah yang menunjukkan keberadaan dan pengaruh besar kerajaan ini adalah batu nisan Sultan Malik as-Saleh yang ditemukan di Aceh. Batu nisan tersebut bertuliskan ayat-ayat Al-Quran, menandakan betapa eratnya hubungan kerajaan ini dengan ajaran Islam.

Terdapat beberapa perdebatan tentang kapan tepatnya Kerajaan Samudra Pasai berdiri dan seberapa awal Islam masuk ke wilayah tersebut. Sejauh ini, data yang ada sering kali terbatas pada catatan setelah kematian Sultan Malik as-Saleh, tanpa informasi yang jelas tentang tahun pendirian kerajaan. Beberapa sumber sejarah, termasuk catatan perjalanan Ibn Batutah, menyebutkan hubungan perdagangan dan budaya yang kuat antara Samudra Pasai dan negara-negara lain, tetapi tidak memberikan tanggal pasti tentang pendirian kerajaan.

Terdapat juga pernyataan bahwa Kerajaan Perlak mungkin merupakan kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara, sebelum Samudra Pasai. Namun, tidak ada bukti yang kuat untuk membantah klaim Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam pertama yang terorganisir di wilayah ini, terutama dalam hal struktur pemerintahan dan administrasi.

Tidak ada catatan pasti yang menjelaskan penyebab kehancuran atau keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai, dan kurangnya manuskrip atau sumber tertulis mengenai sejarah kerajaan ini menjadi salah satu alasan utama mengapa asal-usul dan akhir dari Samudera Pasai masih sulit dipastikan. Hingga kini, penelusuran sejarah kerajaan ini banyak bergantung pada artefak dan batu nisan yang tersisa, seperti makam-makam raja di Kampung Gedong, Aceh Utara.

Meskipun demikian, ada banyak teori mengenai penyebab keruntuhan Samudera Pasai. Beberapa teori yang beredar menyebutkan bahwa masalah internal, seperti perebutan kekuasaan di antara para bangsawan, turut berkontribusi pada melemahnya kerajaan ini. Konflik internal tersebut bisa saja mempercepat kemunduran Samudera Pasai di tengah tekanan eksternal, seperti serangan Portugis.

Tahun 1517 Masehi dikenal sebagai puncak kejayaan Kesultanan Samudera Pasai, sebuah era di mana kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam yang penting di Nusantara. teori yang menyebutkan bahwa kejatuhan Kesultanan Samudera Pasai disebabkan oleh kedatangan Portugis di Samudera Pasai setelah penaklukan Kesultanan Malaka pada tahun 1511 M.

Setelah Portugis berhasil menguasai Malaka, mereka mendatangi wilayah Samudera Pasai dan berusaha memperluas pengaruhnya. Hal ini dibuktikan dengan tinggalan sejarah berupa makam terakhir Sultan Samudera Pasai, yaitu Sultan Zainal Abidin IV, yang meninggal pada tahun 923 H atau 1517 M. Makam ini ditemukan di kompleks pemakaman kesultanan di Gampong Meunasah Meucat-Blangme, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, dan menjadi satu-satunya bukti fisik yang tersisa dari masa akhir kesultanan tersebut yang tidak jauh dari kedatangan Portugis di Samudera Pasai.

Teori yang berkembang menyatakan bahwa kehadiran Portugis di wilayah ini mungkin tidak selalu diikuti dengan peperangan langsung, melainkan melalui strategi adu domba atau merusak kestabilan internal Kesultanan Samudera Pasai. Dengan cara ini, Portugis bisa saja memanfaatkan perselisihan di antara para bangsawan atau kelompok-kelompok kekuasaan di dalam kesultanan, yang akhirnya melemahkan struktur pemerintahan dari dalam. Ketegangan internal semacam ini, diperparah dengan ancaman eksternal, dapat dengan cepat menghancurkan fondasi politik dan ekonomi yang menopang kerajaan.

Samudra Pasai bukan hanya berfokus pada perdagangan, tetapi juga merupakan pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Disebutkan juga bahwa Kerajaan Samudera Pasai juga memainkan peran penting sebagai pelopor dalam penggunaan aksara Jawi atau aksara Melayu, yang merupakan bentuk tulisan Arab yang diadaptasi untuk bahasa Melayu. Aksara Jawi ini sangat berpengaruh dalam penulisan kitab-kitab Islam dan karya-karya ilmiah di Nusantara.

Penggunaan Aksara Jawi dimulai di Samudera Pasai dan kemudian menyebar ke seluruh wilayah Melayu, digunakan untuk menulis berbagai teks penting, termasuk kitab-kitab agama, literatur klasik, dan dokumen resmi. Aksara ini menjadi sarana utama dalam penyebaran ajaran Islam dan pengetahuan lainnya di kawasan ini, menggantikan sistem penulisan sebelumnya dan berkontribusi besar terhadap perkembangan literasi dan budaya di Nusantara.

Di kerajaan ini, agama Islam berkembang pesat, didukung oleh para ulama dan penasihat kerajaan yang berperan penting dalam pemerintahan. Kesultanan Samudra Pasai dianggap sebagai kerajaan Islam pertama yang terorganisir di Asia Tenggara, dengan struktur pemerintahan yang memiliki menteri, penasihat, dan sistem administrasi yang tertata rapi.

Jejak peradaban Islam ini juga tercermin dari beberapa peninggalan manuskrip dan artefak lainnya yang memuat ajaran-ajaran Islam. Meskipun sebagian besar artefak ini telah hilang atau rusak seiring berjalannya waktu, apa yang tersisa masih menjadi bukti kuat akan peran penting Samudra Pasai dalam penyebaran agama Islam di wilayah Asia Tenggara.

Museum Samudra Pasai menyimpan berbagai artefak penting yang menceritakan tentang kejayaan kerajaan ini. Salah satu koleksi utama adalah batu nisan Sultan Malik as-Saleh serta beberapa sultan lainnya yang memerintah kerajaan tersebut. Batu nisan ini merupakan bukti konkret yang membantu para peneliti merekonstruksi sejarah kerajaan.

Batu nisan tersebut tidak hanya menunjukkan makam tokoh-tokoh penting, tetapi juga memberikan informasi tentang nasab, peran, dan kontribusi mereka dalam pemerintahan. Misalnya, batu nisan Sultan Malik as-Saleh memuat ayat-ayat Al-Quran yang mencerminkan sifat takwa dan keadilan yang dipegangnya selama memimpin kerajaan.

Selain batu nisan, museum ini juga menyimpan koleksi koin emas dan perak yang digunakan sebagai alat tukar di masa kerajaan. Koin-koin ini menunjukkan adanya hubungan dagang yang kuat antara Samudra Pasai dengan berbagai negara, termasuk Tiongkok, India, dan beberapa wilayah di Timur Tengah.

Seiring dengan perkembangan zaman, pelestarian situs sejarah seperti Museum Samudra Pasai menghadapi tantangan tersendiri. Beberapa artefak penting, seperti batu nisan, sering kali ditemukan dalam kondisi memprihatinkan. Ada juga kasus di mana artefak tersebut digunakan sebagai penyangga kandang oleh warga sekitar sebelum akhirnya diselamatkan dan dipamerkan di museum. Oleh karena itu, museum ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan koleksi artefak, tetapi juga sebagai pusat edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya melestarikan warisan sejarah.

Museum Samudra Pasai berada di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Utara. Dengan adanya anggaran yang disediakan pemerintah daerah, upaya pelestarian situs bersejarah dan cagar budaya terus dilakukan. Pemerintah tidak hanya menyediakan dana tetapi juga membayar para kurator dan penjaga makam untuk memastikan bahwa semua artefak dan situs bersejarah terjaga dengan baik. Proses pelestarian ini mencakup pelatihan dan pemeliharaan rutin untuk menjaga kondisi situs agar tetap terawat dan terlindungi.

Meningkatkan minat masyarakat untuk mengunjungi Museum Samudra Pasai menjadi salah satu fokus utama. Beberapa upaya telah dilakukan, termasuk penggunaan media sosial seperti TikTok dan Instagram untuk mempromosikan museum dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya warisan sejarah ini. Sosial media baru dan pengelolaan website yang lebih aktif diharapkan dapat menarik lebih banyak pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri.

Museum ini memiliki rencana untuk menjadikan salah satu bangunan di kompleksnya sebagai tempat pameran utama yang menampilkan sejarah Islam di Asia Tenggara. Rencananya, museum ini akan menjadi pusat informasi dan pameran tentang kebudayaan Islam dari berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk Malaysia, Brunei, dan negara-negara lainnya, sebagai bagian dari upaya untuk menunjukkan peran penting Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di kawasan ini.

Museum Samudra Pasai juga berencana untuk memperkenalkan elemen-elemen interaktif yang akan meningkatkan pengalaman pengunjung. Ini termasuk ruangan yang dirancang khusus untuk memberikan pengalaman virtual tentang peradaban Islam dari berbagai belahan dunia, seperti Mesir, yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah Islam. Museum ini berkomitmen untuk terus memperbarui dan menambah koleksi serta informasi terbaru, memastikan bahwa pengunjung mendapatkan pengalaman yang kaya dan terkini.

Pihak museum juga berencana untuk mengadakan acara edukasi dan pameran secara berkala, serta melibatkan sekolah-sekolah dan kelompok masyarakat dalam program-program belajar bersama. Program-program ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada generasi muda tentang pentingnya melestarikan warisan sejarah dan budaya.

Museum Samudra Pasai menawarkan akses yang terbuka kepada pengunjung, termasuk pelajar dari berbagai tingkat, tanpa biaya tiket untuk masuk. Ini bertujuan untuk mendorong lebih banyak orang untuk belajar dan berinteraksi dengan sejarah yang ada di museum. Pemerintah daerah juga mendukung inisiatif ini dengan menyediakan anggaran untuk pelatihan pemandu dan pemeliharaan koleksi.

Filosofi di balik penggunaan kata “sejarah” dari bahasa Arab yaitu syajaratun yang berarti pohon, menggambarkan bagaimana sejarah dianggap sebagai sesuatu yang harus memiliki akar dan dahan yang kuat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan di masa depan. Dengan demikian, peran Museum Samudera Pasai dalam pengembangan dan penjagaan peninggalan Kerajaan Samudera Pasai adalah bukti kontribusi besar terhadap pengembangan pemahaman dan pelestarian sejarah serta ajaran Islam di Nusantara.

Bukan sebuah kebetulan bahwa batu digunakan untuk menulis catatan-catatan penting sejarah di masa lalu. Dengan sifatnya yang keras dan tahan lama, batu menjadi media yang efektif untuk menyimpan informasi secara permanen. Proses memahat dan mengukir pada batu memang memerlukan usaha yang besar, tetapi metode ini memastikan bahwa catatan sejarah dapat bertahan selama berabad-abad.

Keputusan untuk menggunakan batu mencerminkan niat mendalam dari orang-orang terdahulu untuk menjaga agar sejarah penting tetap dikenal dan tidak terlupakan. Dengan cara ini, mereka menciptakan jejak yang kokoh dan abadi, memungkinkan generasi mendatang untuk mengakses dan mempelajari warisan budaya dan sejarah mereka. Ini adalah bentuk dedikasi untuk memastikan bahwa kisah-kisah dan peristiwa penting tetap dihargai dan dipahami oleh orang-orang di masa depan. Penting bagi kita untuk tetap menjaga dan melestarikan sejarah di jaman yang sudah serba mudah ini.

Museum Samudra Pasai adalah saksi bisu dari kejayaan kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara. Dengan mengunjungi museum ini, kita tidak hanya diajak untuk melihat peninggalan sejarah, tetapi juga merenungi pentingnya peran Islam dalam membentuk identitas bangsa kita. Warisan sejarah ini harus terus dijaga dan dipelajari agar generasi mendatang dapat memahami betapa pentingnya peradaban masa lalu dalam membentuk masa kini dan masa depan kita.

(Perspektif/Zaidan, Yulisma)

Editor : Meisya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *