Darussalam – Aliansi Rakyat Menggugat yang terdiri dari mahasiswa di Banda Aceh seperti Universitas Syiah Kuala, UIN Ar-Raniry, Universitas Muhammadiyah Aceh dan beberapa masyarakat menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Kota Banda Aceh untuk menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pada pukul 16.00,massa telah berkumpul di depan Gedung DPRA Kota Banda Aceh, mereka muncul di arah yang berbeda. Para Presiden Mahasiswa mulai menyuarakan suara rakyat dan mulai bernegosiasi dengan aparat hukum yaitu kepolisian untuk mengizinkan mereka masuk. Kepolisian akhirnya memberikan izin, namun mereka hanya diperbolehkan sampai di halaman Gedung DPRA.
Para Presiden Mahasiswa kembali menyuarakan penolakan terhadap RUU TNI, yang dianggap merugikan masyarakat sipil dan hanya menguntungkan TNI. Mereka menuntut agar Ketua DPRA hadir dan memberikan penjelasan kepada mahasiswa. Namun, alih-alih Ketua DPRA, yang muncul justru Sekretaris Wilayah (Sekwil).
Menjelang Maghrib, amarah massa semakin memuncak ketika mereka tidak diizinkan masuk ke dalam Gedung DPRA, dan Ketua DPRA tak kunjung hadir untuk menemui mereka. Beberapa insiden pun terjadi, seperti aksi saling dorong di halaman Gedung DPRA, serta pembakaran ban oleh massa. Aparat kepolisian tidak tinggal diam dan segera bertindak untuk menertibkan situasi.
Situasi semakin memanas setelah insiden pembakaran ban, sementara massa yang berunjuk rasa bersikeras menunggu hingga Ketua DPRA muncul dan memberikan penjelasan. Sebelumnya, para Presiden Mahasiswa menegaskan bahwa mereka akan bertahan hingga malam di Gedung DPRA demi memastikan aspirasi mereka didengar. Mereka tetap kukuh menolak RUU TNI, yang dianggap merugikan masyarakat sipil dan hanya menguntungkan TNI.
Dalam situasi ini, aparat kepolisian berupaya menahan massa agar tidak terjadi kericuhan. Sebanyak lima truk kepolisian dikerahkan, membawa personel kepolisian, serta beberapa kendaraan lainnya, termasuk kendaraan yang berisi gas air mata. Selain itu, sejumlah aparat telah bersiap dengan perlengkapan pelindung untuk menghadapi kemungkinan bentrokan.
(Perspektif/Faqih)
Editor: Meisya