Berita

Harga Daging Melonjak, Masyarakat Tetap Bersuka Cita Menyambut Meugang

×

Harga Daging Melonjak, Masyarakat Tetap Bersuka Cita Menyambut Meugang

Sebarkan artikel ini
Foto: Muhammad Taufik

Darussalam – Jejak kaki beragam ukuran menjejak kokoh di tanah. Riuh, terdengar teriakan dari segala penjuru pasar yang dikenal sebagai pasar induk ini. Jalanan yang ramai dan jauh dari kata lengang ini menjadi pemandangan biasa untuk dua hari ke depan selama hari spesial bertajuk meugang atau makmeugang ini.

Meugang atau Makmeugang sudah mendarah daging bagi masyarakat Aceh. Tradisi yang di mulai sejak 1607 pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda juga dikenal sebagai tradisi memasak daging. Kegiatan ini biasa dilakukan sehari sebelum datangnya Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha. Sebagian besar dari masyarakat Aceh merasa bahwa memasak daging pada hari meugang adalah sebuah keharusan. Tak ayal, pada saat meugang kita dapat menemukan banyak pedagang daging mulai dari lokal maupun impor.

Meski harga bahan pokok dan daging sapi melonjak di waktu meugang, namun bagi sebagian besar masyarakat Aceh merasa kurang lengkap apabila tidak memasak daging pada saat meugang

“Kalau pada hari meugang tidak masak daging kurang lengkap rasanya. Jadi walaupun tidak ada uang bisa menyesuaikan saja. Kalau uangnya sedikit berarti hanya bisa beli sedikit,” ujar salah seorang pengunjung Pasar Induk Lambaro.

Muhammad Iqbal, salah satu pedagang daging sapi mengatakan bahwa hingga saat ini masyarakat belum menuturkan keluhan terkait kenaikan harga daging kepada pedagang.

“Kalau dari masyarakat sendiri pun sudah mengerti. Karena harga daging sapi, harga daging kerbau jika sudah memasuki waktu meugang pasti akan naik,” ujar beliau.

Kenaikan harga daging sapi pada saat meugang juga dipengaruhi oleh harga beli yang meningkat. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan sehingga harga beli sapi melonjak. Para pedagang sapi lainnya menyebutkan bahwa mereka mendapat pasokan daging sapi dengan berbagai macam cara mulai dari memotong sapi sendiri atau membeli dari Pasar Rabu di Sibreh.

Dalam wawancara dengan LPM Perspektif, Iqbal juga mengatakan bahwa pada saat meugang omset penjualan akan naik daripada biasanya.

“Alhamdulillah kalau dagingnya habis semua, namun jika tidak habis akan rugi juga. Tapi dari kemarin sampai hari ini lumayan ada rezekinya,” tutur Muhammad Iqbal.

Diharapkan kedepannya meugang tidak hanya menjadi semacam tradisi turun-temurun saja, namun juga dapat menjadi pengingat bahwa Aceh memiliki budaya yang kaya makna dan sarat nilai. Untuk menaikkan antusias dan kemeriahan masyarakat dalam menjalankan tradisi ini, pemerintah berperan penting dalam menstabilkan harga daging yang beredar di pasaran agar masyarakat tidak terbebani. Semoga meugang terus menjadi tradisi yang ditunggu-tunggu masyarakat Aceh dengan antusias dan penuh sukacita tak terbatas.

 

(Perspektif/ Novi Rahmawati)

Editor: Astri