Darussalam – Sudah hampir 7 bulan lamanya kita mendekam dalam ketidakpastian perihal kepergiannya, Corona. Mungkin terhantam oleh gesitnya persaingan merebut “doi” sudah biasa kita jalani, lain halnya dengan yang satu ini. Ia menghantam segala sektor kehidupan terutama pendidikan secara brutal tak termaafkan sampai-sampai melahirkan generasi baru yang kini dinamai Angkatan Corona.
Dunia perkuliahan merupakan salah satu tahap paling atas dalam proses pendidikan. Tidak sedikit yang menganggap perkuliahan menjadi bagian terpenting dalam menyusun masa depan. Begitupun yang ada dalam pikiran para siswa yang duduk pada tingkat akhir Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat. Mereka pastinya telah mempersiapkan diri dan hal-hal lain yang bersangkutan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang diimpikan. Namun, bagaimana nasib mereka menjadi mahasiswa baru di tengah pandemi Covid-19 ini.
~Baru ganti status jadi mahasiswa tapi engga bisa merasakan masa orientasi asik yang ala-ala, huhu sedih deh~
Mahasiswa baru atau yang biasa dikenal dengan sebutan “Maba” pada umumnya harus melewati masa orientasi di Universitas pilihannya masing-masing. Sama seperti di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang terletak di tanah Rencong ini, para maba-nya telah melewati tahapan awal yakni Pembinaan Akademik dan Karakter Mahasiswa Baru (Pakarmaru) pada pertengahan September yang lalu. Tapi sayangnya kegiatan ini harus dilaksanakan secara daring.
~yaah… Gabisa menikmati drama masa orientasi dan motivasi dari para petinggi di kampus secara live dong
Walaupun dilakukan secara daring, masa orientasi ini tetap dijalankan guna mempersiapkan mahasiswa baru agar siap menjalani kehidupan perkuliahan yang penuh dengan derita tantangan.
“Kesannya untuk pakarmaru daring biasa aja, karena pakarmaru tetap harus dijalanin walaupun secara daring mengingat kita semua masih ada di tengah pandemi covid-19. Kalau ada Pakarmaru secara langsung pasti bakal lebih seru, asik, dan bisa kenalan langsung sama teman-teman baru,” ungkap Renada Maghfira Meisyla, mahasiswa FEB jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2020.
Tidak hanya pakarmaru daring, mahasiswa baru tahun ini juga harus mengikuti saat-saat pertamanya perkuliahannya secara daring. Siap tidak siap, mereka dihadapkan pada segala bentuk hiruk-pikuk tentang perkuliahan daring. Pastinya hal ini akan berbanding terbalik dengan apa yang sudah dipikirkan sebelumnya oleh mereka. Pandangan tentang dunia perkuliahan yang akan lebih melegakan dari pendidikan tingkat sekolah menegah seakan harus segera disingkirkan. Karena pada kenyataannya dunia perkuliahan tidaklah semudah apa yang dibayangkan.
~Rasanya seperti soundtrack sinetron Indosiar.. Kumenangiiis… Membayangkan…
Banyak keluh-kesah yang dirasakan oleh para mahasiswa yang menjalaninya ditambah dengan situasi sekarang ini yang seakan mempersulit. Namun tidak sedikit juga yang sudah bisa berdamai dengan keadaan dan mencoba bodo amat membiasakan diri pada perkuliahan daring ditengah pandemi. Untuk menghibur diri, sebagian dari mereka menganggap kuliah daring sebagai kuliah sambil liburan. Tetapi pada dasarnya kuliah daring tetaplah kuliah sebagaimana yang harus dijalankan oleh para mahasiswa.
“Nggak pernah kepikiran sih bakal jadi mahasiswa baru angkatan Corona. Ekspektasinya kalau jadi mahasiswa itu ya bakal asik, duduk di kelas bisa di mana aja, ga bawa buku waktu kuliah juga ngga masalah kayak yang di film-film, dan pastinya bisa pakai baju bebas ala OOTD gitu kalau ke kampus. Eh Tapi malah zonk…” Tutup seorang pendemo anonim yang resah, rindu, dan fakir kuota. (Wik, Ika, Mv)