Berita

Mitigasi Konflik Satwa Liar, Begini Potret Keindahan CRU Sampoiniet

×

Mitigasi Konflik Satwa Liar, Begini Potret Keindahan CRU Sampoiniet

Sebarkan artikel ini

Conservation Respon Unit (CRU) Sampoinet merupakan tempat yang didirikan pada tahun 2009, tepatnya terletak di Kabupaten Aceh Jaya, dengan luas 2 Hektare yang berbatasan langsung dengan hutan luas dan perkebunan kabupaten. Daerah yang berhawa sejuk dan diselimuti keindahan alam lainnya memiliki pesona dan daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang hadir ke tempat ini.  Dipimpin oleh Samsul Rizal dan dibantu oleh beberapa teman lainnya, satwa di tempat ini terjaga dengan baik dan kian meningkatkan jumlah pengunjung setiap harinya.

Mulanya, tempat yang didirikan dengan maksud mencegah konflik satwa dengan manusia di Aceh ini dikarenakan banyaknya gajah liar di Aceh Jaya yang berjumlah 250 ekor kini menjadi sekitar 70 ekor dengan pembagian 6 kelompok, dan semakin hari jumlah gajah terus berkurang akibat faktor cuaca yang ekstrim maupun pembukaan lahan yang terlalu dalam oleh masyarakat sehingga mengusik kehadiran gajah itu sendiri.

“Akibat maraknya penebangan pohon, pembangunaan lahan baru menyebabkan gajah-gajah itu memasuki pemukiman warga untuk mencari makan demi bertahan hidup. Namun, warga yang merasa dirugikan melayangkan tembakan untuk melumpuhkan satwa tersebut sehingga memicu kemarahan gajah yang akhirnya berbalik membahayakan nyawa masyarakat itu sendiri,” jelas Samsul Rizal.

CRU Sampoinet juga menjadi Tool utama mitigasi konflik satwa liar dan manusia, tempat inovasi program perlindungan dan pengaman hutan berbasis masyarakat, jembatan konsep konservasi ex–situ dan konservasi in–situ, sentra kegiatan pengembangan kapasitas masyrakat dan pendidikan konservasi di tingkat mukim, pemberdayaan perekonomian masyarakat pinggir hutan yang berbawasan konservasi ditambah dengan kombinasi pengetahuan unik dan beragam yang melekat dari personal CRU Sampoinet menjadikan tempat ini semakin menarik untuk dikunjungi.

Di bawah pohon yang rindang dengan cuaca yang membiru, CRU terlihat semakin indah dipandang mata, konsep pengembangan yang dilengkapi dengan fasilitas Base Camp, pelayanan dan informasi yang lengkap, akurat juga menjadi prioritas tempat ini. Menurut Samsul Rizal ada dua spesies gajah yaitu gajah Asia dan gajah Afrika yang mana terdapat perbedaan tersendiri untuk keduanya yaitu gajah Asia gading hanya dimiliki oleh gajah jantan dan untuk spesies Afrika gading bisa dimiliki oleh keduanya. Secara perilaku di habitat gajah memerlukan minum, makan, ruang jelajah dan yodium.

Salah satu pengunjung mengatakan bahwa CRU Sampoiniet ini bagus, selain menjadi observasi juga dapat menjadi tempat wisata yang menarik. “Tempat ini awalnya kurang dilihat oleh masyarakat sekitar, karena banyaknya ilegall logging juga menjadi salah satu alasannya namun seiring waktu masyarakat disekitar menjadi tertarik dan mulai menjaga alam dengan baik, bahkan tak jarang mereka juga ikut mengunjungi tempat ini untuk melihat gajahnya, harapan saya semoga kedepannya pengunjung dapat menjaga sikap dan tempat meskipun takut dengan gajah untuk lebih menghargai yang ada disini,” ujar Resti selaku salah satu istri dari Mahout di CRU Sampoinet.

Kehadiran CRU Sampoinet ini juga menjadi salah satu pencegah dalam menghentikan kemarahan gajah saat mereka merasa terancam akibat memasuki lahan warga. Disini gajah juga dijaga dengan penuh kasih sayang, tak jarang tiap bulan  dokter hewan kerap mengunjungi untuk memeriksa kondisi gajah tersebut, masyarakat yang mengunjungi juga dapat bermain dengan gajah dibawah pengawasan Mahoutnya, bahkan dapat berfoto dan memberikan makan secara langsung kepada gajah. Namun sangat disayangkan, pengunjung yang hadir tidak dapat mengunggah hasil karya seperti biasanya karena jaringan yang tak bersahabat di tempat ini, dibalik itu CRU Sampoiniet sendiri menjadi salah satu tempat wisata yang harus dikunjungi dengan segala keindahan dan ketenangan yang diberikan.

(Perspektif / Nadya)