Darussalam – Islamic Economics Student Assosiasion (IESA) kembali mengadakan event spektrakulernya bertajuk Nongkrong Plus Ngaji atau disebut NONGKI. Kegiatan ini diselenggarakan di Holocene Lambhuk yang berlangsung tanggal 2 Desember 2022 dengan serangkaian acara menarik di dalamnya.
Kegiatan yang mengusung tema “Agar Optimis di Masa Depan” tersebut dihadiri oleh para mahasiswa dan dimeriahkan dengan adanya penampilan Fuadi S. Keulayu, perwakilan dari IESA Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK. Acara ini juga menghadirkan Ust. Amri Fatmi selaku pemateri Tausiah dalam kegiatan Tabligh Akbar NONGKI tahun ini.
Pembukaan NONGKI diawali dengan Pembacaan Ayat suci Al-Qur’an & Shalawat dilanjutkan dengan special performance oleh Fuadi S. Keulayu.
Rangkaian acara berikutnya, Tausiyah yang disampaikan oleh Ust.Amri Fatmi. Beliau menyampaikan ada masalah besar yang kita sadar atau tidak berupa kesalahan kita dalam memandang kondisi kita dan kondisi sekeliling kita, sehingga kita tidak tau berbuat apa karena kita tidak paham siapa diri kita. Dalam penyampaiannya, Beliau berpesan untuk banyak membaca sejarah Nabi. Hal ini dikarenakan dalam sejarah banyak perubahan yang sangat luar biasa membangun optimisme yang baik kepada kita dalam melakukan perubahan.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab dan ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Ust. Amri Fatmi.
Kegiatan NONGKI ini adalah agenda lanjutan dari Tabligh Akbar, namun pada tahun ini ada perubahan konsep karena Tabligh Akbar itu lebih ditujukan kepada khalayak umum, namun ketika IESA berkolaborasi dengan organisasi AKRAB, Ust. Amri Fatmi mengusulkan “Kenapa tidak kita buat untuk anak-anak muda saja? Karena Tabligh Akbar itu sudah biasa, jadinya kita buat dengan konsep baru, tempat baru dan orang-orangnya itu tidak hanya orang tua, karena Tabligh Akbar itu identik dengan ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah tua” Dan setelah kami berbincang-bincang bersama pihak AKRAB dan Ust.Amri “Oke kita buat konsep untuk anak muda, contohnya itu di warkop atau di cafe, kita nongkrong tapi isinya itu ngaji”. Setelah di cari-cari apa kata ataupun kepalanya, yang pada awalnya Tabligh Akbar itu tidak cocok, kita harus menggunakan istilah yang lebih modern sedikit Nongkrong dan Ngaji. Jadi dengan terbentuknya kata NONGKI itu akan membuat para pemuda bertanya-tanya apa itu NONGKI.
“Harapan kami seperti kegiatan NONGKI ini harus selalu ada dan tidak cuma setahun sekali tapi setiap bulan atau setiap Minggu, biar me-refresh hati dan jiwa serta pikiran kita, khususnya itu untuk mahasiswa dan anak muda yang masih perlu dan banyak asupan berisi keagamaan atau kerohanian seperti kegiatan pada malam ini,” ujar Febrian Hidayat selaku Ketua Panitia NONGKI.
(Perspektif/Mulya Fitrah & Atalla)