BeritaKampusNasionalSuara Pembaca

Azis: Pendidikan itu Harus Dimiliki Setiap Anak

×

Azis: Pendidikan itu Harus Dimiliki Setiap Anak

Sebarkan artikel ini
By: Alya Amanda

Darussalam – Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Pernyataan tersebut dipegang teguh oleh Abdil Azis Nasution, mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU). Azis kerap peduli terhadap orang di sekitarnya, terkhusus anak-anak dengan ikut berkontribusi dalam membantu mereka yang kurang mampu dalam mengakses pendidikan. Bentuk bantuan yang Azis berikan berupa wadah yang dapat memberikan anak-anak tersebut akses belajar gratis.

Kontribusi Azis ini berangkat dari pengalamannya yang cukup sulit dalam menuju dunia perkuliahan. Ia juga pernah mengalami fase di mana ia memiliki keinginan, tetapi keadaan tak memadai.

“Aku mau berkecimpung karena aku masih mengingat perkataan mendiang ibuku, ‘berbuat baik dan bergunalah untuk hidup, maka kita juga akan diberikan kebaikan dari Tuhan,’ dan aku sudah merasakan hal itu terjadi,” tutur Azis.

Berpegang dari perkataan mendiang ibunya itulah, Azis terus menjalani hidupnya agar dapat bermanfaat bagi orang lain. Wadah yang Azis bangun untuk membantu anak-anak tersebut, bernama Insan Nasional Bestari Indonesia (INBI). Di INBI sendiri, Azis bersama anggota lainnya memberikan akses belajar gratis bernama Bimbel Panti. Akses belajar gratis itu diberikan kepada anak-anak panti di setiap hari Sabtu.

Selain aktif di INBI, Azis juga mendirikan wadah lainnya di Desa Marindal 2, berupa Rumah Belajar. Berbeda dengan INBI yang memperoleh dana hanya dari anggotanya, Rumah Belajar mendapatkan dana dari desa untuk memenuhi keperluan anak-anak di sana.

Motivasi Azis sendiri dalam membangun wadah-wadah tersebut dikarenakan sebuah penemuannya di lapangan. Ia sempat melakukan survei ke beberapa lokasi di daerah pinggiran dan mendapati bahwa beberapa anak-anak yang tidak sekolah.

“Pendidikan itu harus dimiliki oleh setiap anak, tetapi ada beberapa anak yang nggak sekolah karena membantu ekonomi orang tuanya. Bahkan, di Polonia ada beberapa yang jarang sekolah karena jadi badut di lampu merah USU,” jelasnya.

Ia juga mengatakan bahwa anak tersebut tak jarang mendatanginya saat rasa lapar menghampiri.

“Anak-anak itu datang ke aku karena perutnya lapar. Dari situlah aku mulai merasa harus terlibat untuk membantu, setidaknya bisa merubah sedikit demi sedikit, terutama dalam hal pendidikan di generasi anak. Aku juga yakin dengan adanya dorongan dari aku yang memberi pendidikan, maka kehidupan mereka akan lebih baik,” sambungnya.

Selain itu, Azis juga menemukan anak-anak yang seperti dirinya, mereka mempunyai keinginan untuk sekolah, tetapi keadaan tak memadai.

“Ada dua anak yang mengatakan, ‘Bang, sebenarnya aku pengen sekolah biar bisa kuliah di Kedokteran USU, tetapi orang tuaku bilang kalau itu percuma karena kami miskin, Bang. Jadi, lebih bagus kerja daripada sekolah.’ Aku menyaksikan itu sambil menangis,” kata Azis.

Dari temuan-temuannya itu, Azis semakin berkomitmen untuk melakukan hal yang bermanfaat dan terus membantu anak-anak tersebut. Ia berupaya memenuhi kebutuhan anak-anak itu dengan dana yang diberi oleh desanya.

“Aku bilang ke mereka kalau butuh peralatan sekolah, boleh kasih tahu ke aku, dengan catatan mereka harus rajin belajarnya,” terang Azis.

Azis berharap dengan adanya wadah-wadah seperti INBI dan Rumah Belajar, anak-anak tersebut dapat belajar dan menerapkan hal yang sama, berbuat baik terhadap orang lain.

“Harapanku, mereka juga bisa terapkan hal yang sama, sebab sifat mereka masih sebatas apa yang mereka lihat dan contoh. Sifat anak di bawah umur 12 tahun akan mengikuti apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari. Maka, dengan mereka melihat aku, aku rasa itu gambaran baik untuk mereka bisa menerapkan di generasi selanjutnya,” tutup Azis.

Penulis Kontributor : Alya Amanda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *