Suara yang menancap di pikiran
Bagaikan jarum yang menusuk tuk melukai
Hanya bisa diam dan merasakan
Tanpa tahu apa yang harus di lalui
Jalan demi jalan yang di lewati
Dengan kaki yang terus mengalir darah
Suara tawa penghinaan yang menghampiri
Merusak kaki yang mencari suatu arah
Terkunci di dalam genangan darah
Dengan hanya membawa pikiran zalim
Udara dingin yang datang dengan kejam
Bagai menebas jiwa-jiwa yang rapuh
Apa lagi yang harus aku lakukan
Demi mendapatkan sebuah kebahagiaan yang semu
Tidak puaskah dengan darah yang memenuhi cangkirmu
Masih hauskah kalian setelah meminum darah yang berasal dari jeritan
Ucapan yang terkunci di tenggorokan
Bagai mencekik dan kehilangan harapan
Apakah sudah cukup membuat kalian pergi menjauh
Agar makhluk lemah ini kembali berkelana menemukan arah
(Perspektif/Akif Abkagasi)