Diri lenyap diombang-ambingkan angin gelisah
Dua pasang cermin tak berani menatap balik
Wahai, apakah itu masih diri ini pada refleksi buram itu?
Kabut membayangi mata
Aura-aura gelap berseliweran menyiksa pikiran
Relung tanpa jiwa
Sekitar bertanya-tanya kemana hilangnya,
Tak tahu, sebut bayang-bayang
Bisik mematikan mereka tanpa nada
Barangkali, lagu batin memang tak mampu mengalun semanis sebelumnya
Cerita masa lalu bagai rasa lapar serigala
Mengejar-ngejar sampai pelupuk mata
Tampak di gelap, mengusik pikiran kala siang
Laksana bubur tanpa warna, dunia kehilangan senyumnya
Sudut pandangmu menjadi alasan dunia terpengaruh
Amarah dipendam tidak untuk dibalas, bisik nurani
Untuk pemulihan
Untuk aku yang akan datang
Butuh pengorbanan tanpa kata
Untuk kembali layak semula
Rehat sejenak, tutup mata, menghitung domba, memanjat doa,
Cahaya masuk lagi
Sudahkah disingkirkan semua bebannya?
Renungan panjang ini menghibur pikiran
Pesan-pesan masuk keluar telinga
Hangat tidak cukup menenangkan
Dingin tidak cukup menyejukkan
Pun rasa, semua rasa tak tampak selain hampa
Tanpa takut menelusup terang-terangan
Apakah asa disembunyikan oknum-oknum yang melalaikan tanggung jawab?
Kata siapa mereka boleh menyembunyikannya?
Bangkit, wahai diri.
Temukan
Kembali temukan dirimu yang hilang
Dia tak pergi sejauh itu
(Perspektif/Mazaya)