Berita

Tak Hanya Fakultas, Akun Perkucingan FEB Juga yang Pertama di Unsyiah

×

Tak Hanya Fakultas, Akun Perkucingan FEB Juga yang Pertama di Unsyiah

Sebarkan artikel ini
Mamazi dan anak-anaknya.

Berkuliah di Fakultas Ekonomi & Bisnis Unsyiah memang membanggakan. Tidak hanya dicap sebagai kampus tertua di Unsyiah, di Fakultas ini pula muncul akun perkucingan pertama di Unsyiah.

Seorang penulis Amerika bernama Robert M. Pirsig, pernah menulis sebuah kutipan yang berbunyi, “Kebosanan sering menjadi awal munculnya kreativitas yang hebat.” Barangkali, kutipan ini yang mengilhami seseorang di balik akun Instagram @kucing.feb.usk. Akun ini berisi postingan tentang seluruh kucing-kucing yang ada di FEB. Entah kuliah di Fakultas Ekonomi dianggap menyenangkan atau semacamnya bagi sebagian orang, tetapi yang pasti pemilik akun tersebut telah mengalami kejenuhan dan kebosanan. Beruntungnya, kutipan Robert M. Pirsig di awal paragraf benar adanya, sehingga ia bisa mencetuskan akun Instagram @kucing.feb.usk.

Menurut pemilik akun tersebut yang berinisial A —tentunya mahasiswa FEB, tetapi menolak menyebutkan asal jurusan—, awalnya akun ini lahir sekitar Desember 2019 lalu. Saat itu, A sedang asyik scroll aplikasi Instagram dan menemukan postingan tentang penyiksaan hewan kucing. A yang merupakan seorang catlovers tentunya sedih dan tidak tahan melihat hal ini. Berangkat dari ketidaktegaannya tersebut, ia lantas terpikir untuk membuat akun Instagram dengan username @kucing.feb.usk  Akun ini ia dedikasikan untuk memberi apresisasi kepada kucing-kucing liar khususnya yang sering berkeliaran di sekitar FEB; kantin, sekretariat ormawa, hingga parkiran. Di saat mahasiswa lain sedang dipusingkan dengan ujian final semester, A malah mendedikasikan waktu yang ada untuk mempelopori sebuah gerakan sosial peduli kucing di FEB. Sungguh mulia.

Kemunculan akun kucing kampus sesungguhnya bukan hal baru di Indonesia. Pertama kali dipelopori oleh @kucingitb pada April 2017 yang kini memiliki 11 ribu followers. Lalu @kucing.unesa muncul sebulan kemudian. Hingga kini, menurut A, telah ada 44 akun perkucingan kampus di seluruh Indonesia. Dari mana data ini didapatkan? A berkata bahwa mereka sudah membuat grup koordinasi untuk bertukar informasi dan membahas proker di aplikasi Line.

Ya! Grup Line! Hal ini menunjukkan betapa seriusnya admin-admin perkucingan kampus mewujudkan kesejahteraan kucing di tiap kampus. Terkhusus di Unsyiah, akun @kucing.feb.usk merupakan akun perkucingan yang pertama kali muncul. Menurut pantauan tim riset LPM Perspektif, kini muncul tiga akun perkucingan lain di Unsyiah, yaitu @kucingunsyiah, @kucingfhunsyiah, dan @miongfkh. Sebuah perkembangan.

Awalnya, penulis merasa kemunculan akun-akun kucing tersebut tak ubahnya kemunculan akun shitposting kampus yang menjamur di banyak kampus beberapa waktu terakhir. Tetapi, melihat kekonsistenan akun perkucingan dalam memperjuangkan dan meningkatkan standar hidup kucing-kucing kampus, terlalu jahat rasanya bila kita menyebut tindakan ini sebagai keisengan belaka. Mereka telah membentuk sebuah entitas kuat yang terkoordinasi. Meminjam istilah Wiji Thukul, mereka ini “… akan tetap ada dan berlipat ganda.”

Kembali ke @kucing.feb.usk, per tanggal 10 April 2020, akun ini telah berhasil mendata setidaknya 12 kucing di seluruh FEB. Tak hanya itu, A juga mendata nama setiap kucing yang ada di FEB. Bahkan salah satu induk kucing bernama Mamazi, berhasil didata lengkap bersama ketiga anaknya yang bernama Mozo, Muza, dan Muzi. Selain Mamazi dan ketiga anaknya, masih ada Tio, Yoyo, Syakir, Syakira, Kornet, Astot, Saskeh Uchiha, dan Jordan. Terdengar asing? Ya, penulis juga. Biarlah, toh A juga hanya iseng memberi nama setiap kucing tersebut. Setidaknya, A telah meringankan beban kerja BPS RI dalam menyensus penduduk Indonesia (jika kucing dihitung sebagai penduduk).

Mamazi dan anak-anaknya.

Kembali merefleksikan sebagai pelopor akun perkucingan di Unsyiah, tentunya hal semacam ini menjadi sajian menarik tidak hanya bagi catlovers, tetapi juga mahasiswa umum. Tak jarang pula mahasiswa awam kepo dan berinteraksi dengan akun ini. Di tengah pandemi Covid-19 dan kebijakan kuliah daring yang dikeluarkan rektor, entah ke-12 kucing tersebut juga menerapkan WFH atau tidak ­—sejujurnya juga bodoamat sih—, tetapi semoga kucing-kucing tersebut selalu dalam keadaan baik dan terus menginspirasi A untuk menghidupkan akun @kucing.feb.usk.

Kita sebagai mahasiswa sudah terlalu jenuh dibebankan dengan tugas kuliah yang tidak ada hentinya. Belum lagi bagi para anggota ormawa yang tentunya disibukkan aktivitas organisasi. Tentunya, kemunculan akun perkucingan menjadi sarana me-refresh­ kepenatan. Siapa yang tahu, ke depannya muncul akun hewan serupa dengan spesies yang lebih luas di Unsyiah?

Namun, imajinasi paling liar saya berkata, kampus PSDKU Unsyiah di Gayo Lues punya kemungkinan akun hewan paling sangar. Kalau di Darussalam sekadar akun kucing, di Gayo Lues bisa jadi muncul akun kucing besar. YA! Mungkin akan ada akun @HARIMAU.PSDKU.USK, atau spesies buas lain seperti @Beruang_PSDKU, dll. Ah, tapi itu hanya imajinasi saja.

Yang penting, anak ekonomi harus bangga karena tidak hanya Fakultasnya yang paling awal berdiri, akun perkucingannya juga merupakan pelopor di seantero Unsyiah. (Abi, Dhan, Ay)