Darussalam – Kopi bukan hanya sekadar minuman, melainkan simbol kekayaan budaya dan alam Indonesia. Di balik setiap cangkir kopi yang kita nikmati, tersembunyi sebuah perjalanan panjang dan penuh ketelitian, mulai dari pemilihan biji hingga diseduh dengan penuh cinta. Salah satu tempat yang menjaga tradisi ini adalah Ketiara Kopi, sebuah koperasi kopi di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh yang terkenal dengan Kopi Arabika Gayo-nya. Setiap langkah dalam proses produksi di Ketiara Kopi dijalankan dengan penuh kehati-hatian dan keahlian, dari awal penanaman hingga pengiriman ke seluruh penjuru dunia.
Sejarah dan Latar Belakang Ketiara Kopi
Didirikan pada tahun 2009, Ketiara Kopi lahir dari semangat untuk meningkatkan kesejahteraan para petani kopi di Aceh. Berawal hanya dengan 38 anggota, kini koperasi ini telah berkembang menjadi komunitas besar yang menaungi sekitar 2.000 petani. Uniknya, sebagian besar anggotanya adalah perempuan, yang menjadi tulang punggung keberhasilan koperasi ini. Pada awalnya, kopi Ketiara hanya dipasarkan di dalam negeri. Namun, dengan meningkatnya permintaan internasional, Ketiara mulai mengekspor kopi berkualitas tinggi sejak 2013. Kini, 70% ekspor Ketiara ditujukan ke Amerika Serikat, sementara sisanya tersebar di Eropa dan Asia.
Budidaya Kopi Arabika Organik
Ketiara Kopi dikenal karena komitmennya dalam menghasilkan kopi Arabika organik berkualitas tinggi. Budidaya kopi dimulai dengan memilih lahan yang tepat, menanam bibit dengan seksama, dan merawatnya menggunakan metode organik. Para petani yang tergabung dalam koperasi wajib mengikuti standar sertifikasi internasional seperti Organic dan Fair Trade. Ini memastikan bahwa kopi ditanam tanpa bahan kimia dan diproduksi sesuai dengan prinsip perdagangan adil.
Koperasi ini juga memiliki laboratorium khusus untuk membuat pupuk organik dari bahan-bahan alami, seperti kotoran ternak dan sampah organik. Inovasi ini membantu mengatasi kendala ketersediaan pupuk organik yang sering kali mahal dan sulit diakses oleh petani.
Proses Pengolahan Pasca Panen
Setelah biji kopi dipanen, terutama yang telah matang sempurna dengan warna merah cerah, kopi harus segera diolah untuk menjaga kualitasnya. Langkah pertama dalam pengolahan adalah penggunaan mesin pulper yang memisahkan kulit kopi dari bijinya. Kulit kopi yang terbuang kemudian diolah menjadi pupuk, sementara biji kopi direndam selama 8 hingga 12 jam untuk membersihkan lendir yang menempel. Setelah itu, biji kopi dicuci dan dijemur di bawah sinar matahari hingga kadar airnya mencapai sekitar 40%.
Pengeringan ini sangat penting untuk menjaga cita rasa dan mencegah kerusakan pada biji kopi akibat kelembapan. Setelah itu, biji kopi diproses dengan mesin huller untuk memisahkan kulit tanduk dari biji, yang kemudian dikenal sebagai labu. Proses selanjutnya adalah pengeringan kembali hingga kadar air mencapai 14%, diikuti dengan pemilihan biji secara manual untuk memisahkan biji yang cacat.
Sertifikasi Internasional: Jaminan Kualitas Kopi
Ketiara Kopi telah mengantongi dua sertifikasi internasional penting, yaitu Sertifikasi Organik dan Sertifikasi Fair Trade. Setiap tahunnya, proses budidaya dan produksi kopi di Ketiara diaudit oleh lembaga independen untuk memastikan kepatuhan terhadap standar internasional. Sertifikasi Organik menjamin bahwa kopi bebas dari bahan kimia berbahaya, sementara Sertifikasi Fair Trade memastikan para petani mendapatkan harga yang adil. Sampel kopi bahkan dikirim ke laboratorium di Jerman atau Belanda untuk memastikan kepatuhannya terhadap standar ketat ini. Jika ada pelanggaran, seperti penggunaan pestisida, sertifikasi dapat dicabut.
Ekspor Kopi ke Pasar Internasional
Pada tahun 2013, Ketiara melakukan ekspor pertamanya ke Belanda, yang menjadi titik awal bagi koperasi ini untuk menjajaki pasar internasional. Setiap pengiriman kopi dilakukan dengan prosedur yang ketat untuk memastikan kualitas kopi tetap terjaga hingga tiba di tangan konsumen. Setiap lot kopi terdiri dari sekitar 320 karung dengan berat total mencapai 19 ton. Kopi dikemas rapi dalam plastik dan karung goni sebelum dikirim ke pelabuhan Medan untuk kemudian dilanjutkan ke berbagai negara tujuan.
Tantangan dalam Regenerasi Petani Kopi
Meski koperasi ini terus berkembang, Ketiara Kopi menghadapi tantangan serius dalam hal regenerasi petani. Banyak anak-anak petani enggan meneruskan profesi orang tua mereka karena merasa bahwa bertani tidak cukup menguntungkan. Akibatnya, beberapa kebun kopi dijual atau dibagi untuk modal usaha lain, yang akhirnya menurunkan produksi kopi. Ketiara Kopi berharap generasi muda yang telah menempuh pendidikan di universitas dapat kembali ke desa untuk mengembangkan sektor pertanian, khususnya kopi. Pendidikan dinilai menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor ini, karena kesuksesan industri kopi bukan hanya soal alam, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni.
Dedikasi untuk Kopi dan Masa Depan yang Cerah
Proses produksi kopi di Ketiara adalah bukti dedikasi dan komitmen yang kuat untuk menghasilkan kopi berkualitas tinggi sesuai dengan standar internasional. Setiap tahap, mulai dari pemilihan lahan, budidaya organik, hingga proses pengolahan pasca panen, dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan keahlian. Ketiara Kopi tidak hanya memproduksi kopi, tetapi juga memperjuangkan prinsip perdagangan yang adil dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani lokal.
Dengan fokus pada ekspor dan sertifikasi internasional, Ketiara Kopi terus menjadi salah satu pionir kopi Arabika Gayo di pasar global. Meski tantangan di masa depan, seperti regenerasi petani dan peningkatan sumber daya manusia, terus mengintai, Ketiara optimistis untuk terus tumbuh dan menjaga kualitas kopi yang diakui dunia. Dari biji hingga cangkir, Ketiara Kopi adalah wujud dari semangat, inovasi, dan cinta terhadap kopi serta petani yang memproduksinya.
(Perspektif/ Annisa Amanillah Saragih)
Editor: Yulisma Mahbengi