Bencana tsunami 9 tahun silam tentu memiliki banyak memori penting dalam hidup masyarakat dunia, khususnya masyarakat Aceh. Gelombang maut yang menelan korban hampir 300 ribu jiwa itu menyisakan isak tangisbagi masyarakat Aceh. Tentu lah pantas ribuan orang menaruh simpati dan tergerak hati nya untuk menjadi relawan dan membantu pemulihan kembali rakyat Aceh untuk bangkit seperti sedia kala. Walau mereka yang sudah pergi dan tak akan kembali, tapi mereka terus mengingatkan kita pada kondisi dimana kita pernah bersama.
Sudah sembilan tahun tsunami berlalu. Kita yang tersisa harus terus tegar dan iklas menerima musibah ini. Mengenang tsunami bentuk lain dari mengintrospeksi diri, membawakan kita lebih maju dan baik pada masa mendatang. Banyak cara dan kegiatan yang bisa kita lakukan untuk mengenang mereka yang telah tiada , begitu pula dengan acara yang dilaksanakan oleh kolaborasi lintas komunitas. Komunitas yang tergabung kedalam kolaborasi ini diantaranya adalah !deplus, Diwana Organizer, Aceh Movie Maker, LD Arsitektur USK,Theater MAE, Komunitas Tikar Pandan, LPM Perspektif, The Leader, KNPI Banda Aceh, Koper Bekas, Saleum Group,Yayasan Kita,Seukeum Community,JAROE,Parlemen Muda Indonesia,Aceh Tour Community,Aksara Strategic Initiative,Aksara Sketsa Komunika, Kata Hati Institute,I Love Aceh,Putroe Ijoe, Foskadja, Antero Radio/TV , JROH production. Acara peringatan tsunami ini bertajuk “BANGKIT BERSAMA, KREATIF BERSAMA”. Dalam rangkaian acara nya, beberapa kumpulan komunitas pemuda ini melaksanakan pemutaran film dokumenter bencana, Pameran Lukisan, Sketsa Kreatif, Karikatur, foto, Zikir dan doa,Donor darah,Demo lukis, Taman berbagi cerita,Dalail khairat, Pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur-an,Orasi budaya kreatif, dan banyak lagi.
Pada puncak acaranya yakni hari ini tanggal 26 desember 2013 , delisa yang terkenal sepenjuru negri karena kisah pilu nya saat tsunami dihadirkan untuk membaca puisi dan sedikit menceritakan pengalaman nya saat kejadian tsunami 9 tahun silam. Gadis belia ini membacakan puisi dengan penuh penghayatan. Saat ia menuturkan kisah pilu nya , ia menceritakan sosok ibu nya yang selalu menjadi alasan ia tetap kuat dan bertahan hingga sekarang meskipun sang ibu sudah tak bersamanya lagi setelah bencana maha dahsyat tersebut. “Untuk kawan-kawan semua yang punya kisah sama seperti delisa , kita tidak boleh menyerah dan putus asa. Allah memberikan kita ujian dan tetap hidup agar kita menjadi lebih baik lagi. Dan orang-orang yang kita cintai meskipun mereka sudah berada ditempat yang berbeda dengan kita , yakin lah mereka mendapat tempat yang lebih indah di sisi Allah swt” tutur gadis manis ini dengan suara agak terbata mengingat kisah hidupnya. Dalam selingan orasinya tersebut Delisa juga menceritakan bahwa yang memotivasinya menjadi sosok gadis pemberani seperti sekarang ini adalah orang-orang yang mengejeknya gadis cacat. Perlu diketahui sebelumnya bahwa delisa kehilangan kakinya karena musibah tsunami silam , ia tertimpa reruntuhan bangunan sehingga kaki sebelah kirinya harus di amputasi.
Sesaat setelah penampilan Delisa membacakan puisi , para panitia mengedarkan kotak amal seikhlasnya bagi para penonton. Dan dana yang sudah terkumpul ini dipersembahkan untuk Delisa. Komunitas Koper Bekas hadir sebagai penampil terakhir dalam acara ini , mereka membawakan dua lagu yang di mainkan bersama alat-alat bekas yang dipadu-padan kan menjadi musik yang easy listening dan menarik. Dan penampilan mereka saat membawakan “kuthidieng” sebagai lagu penutup jelas membuat antusiasme penonton semakin memuncak karena lagu yang dirapalkan seperti mantra ini mampu membius penonton dan terpukau dengan penampilan ciamik dari komunitas perkusi barang bekas ini.
“Acara seperti patut dicontoh oleh pemuda Aceh lain nya, kita jangan terlarut dalam kesedihan. Musibah tersebut tentu tidak akan kita lupakan namun akan selalu terkenang didalam hati dan ingatan kita semua. Karena tujuan acara peringatan kali ini adalah mentrasformasikan semangat bangkit dari bencana Tsunami 9 tahun lalu menjadi inspirasi dalam mewujudkan ide, konsep dan karya-karya kreatif bagi masyarakat Aceh.” Papar salah seorang penonton. (MIA)