Darussalam – Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional dengan penutur paling banyak di dunia. Pada tahun 2023, tercatat bahwa bahasa Inggris memiliki penutur sebanyak 1,5 miliar orang, dengan 400 juta di antaranya berbicara bahasa Inggris sebagai bahasa pertama. Kemajuan teknologi dan globalisasi membuat jarak dan waktu tidak berarti lagi, sehingga informasi bisa menyebar dengan cepat dan luas. Memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang fasih akan memudahkan seseorang dalam mengakses informasi di berbagai bidang dan disiplin ilmu.
Universitas Syiah Kuala (USK) menyadari hal ini dan untuk pertama kalinya mengadakan program Pemetaan Kompetensi Bahasa Inggris Mahasiswa Baru USK tahun 2024. Program ini bertujuan untuk memetakan kemampuan bahasa Inggris dan merencanakan program pengembangan sesuai level untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris masing-masing mahasiswa. Pemetaan ini diikuti oleh 7.700 mahasiswa baru USK dan telah dilaksanakan pada tanggal 9-11 November dan 16-18 November di Gedung AAC Dayan Dawood dan Ruang Kuliah Umum USK.
Pelaksanaan tes dilakukan melalui Google formulir yang dibagikan langsung di lokasi tes. Soal-soal yang diberikan bersifat TOEFL-based yang terdiri atas tiga bagian yaitu listening, structure, dan reading comprehension. Bagian listening terdiri atas 50 soal yang terbagi menjadi tiga section dengan total waktu 35 menit. Bagian structure terbagi menjadi dua section yang terdiri dari 40 soal dengan total waktu 25 menit. Dan terakhir bagian reading comprehension terdiri dari 50 soal dengan total waktu 55 menit. Pengerjaan dilakukan secara serentak dengan urutan listening, structure, dan reading comprehension. Hasil tes kemudian akan dikirimkan ke dekan fakultas masing-masing mahasiswa. Hasil tes tersebut akan dianalisis untuk kemudian direncanakan program pengembangan yang sesuai untuk setiap level kemampuan mahasiswa.
Narasumber pertama, Nadia Fariska, sebagai salah satu peserta tes menyebutkan bahwa pemetaan ini penting dilakukan karena bisa mengukur sejauh mana kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa agar dapat ditingkatkan lagi. “Pemetaan ini penting untuk dilakukan apalagi bagi mahasiswa karena bisa mengukur sejauh mana kemampuannya. Apakah masih basic, intermediate, atau advanced. Dan kemudian bisa lebih ditingkatkan lagi.” tutur Nadia Fariska.
Namun, ada beberapa kendala saat pengerjaan tes. Nadia mengaku ada sedikit kendala jaringan internet karena peserta tes yang cukup banyak tetapi masih bisa dikontrol oleh pengawas sehingga suasana tes tetap kondusif.
Nafa, salah satu peserta tes, mengungkapkan bahwa pengertian bagian listening melalui YouTube kurang efektif karena mahasiswa bisa saja mengulang-ulang rekaman suara. Hal ini tentu saja bertentangan dengan peraturan tes TOEFL di mana rekaman suara untuk bagian listening hanya diputar sekali saja. Selain itu, pengerjaan tes menggunakan handphone juga menimbulkan sedikit kesulitan, terutama pada bagian reading comprehension yang soalnya berupa teks tiga sampai empat paragraf.
Fathan Halim, mahasiswa lainnya, mengatakan: “Kendala pada saat mengikuti TOEFL adalah dalam pemutaran video yang disediakan error, kemungkinan karena berada di ruangan yang sangat ramai.” Fathan juga menjelaskan bahwa Tes Pemetaan Bahasa Inggris ini sangat menarik dan penting untuk mahasiswa baru tahun 2024, karena dapat meningkatkan kemampuan dan bagus untuk mempersiapkan rencana karier ke depannya. Dengan adanya Pemetaan Bahasa Inggris ini, seseorang akan lebih mudah menempatkan diri di mana saja, baik di dalam atau di luar Indonesia. Namun, Fathan memberikan tambahan mengenai fasilitas yang tersedia: “Menurut saya, sebaiknya Tes TOEFL ini dilaksanakan di ruangan yang lebih tertutup dan tidak terlalu ramai seperti itu, agar peserta dapat fokus dan ligat dalam membaca dan memahami soal mereka, serta lebih yakin dalam menjawab soal tersebut.”
Dari hasil wawancara mengenai Tes Pemetaan Bahasa Inggris kepada mahasiswa baru tahun 2024, beberapa mahasiswa/I mengungkapkan hal-hal positif maupun negatif dari pengalaman mereka selama Tes Pemetaan Bahasa Inggris berlangsung. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa bagi seorang mahasiswa/I, Tes Pemetaan ini penting untuk masa depan, sebagai alat persiapan perencanaan karier yang berlangsung, dan sebagai alat komunikasi yang memudahkan interaksi dengan siapa pun yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Para mahasiswa/I juga melaporkan beberapa kekurangan yang mereka hadapi selama tes, seperti kesulitan dalam membuka link video dan merasa tidak fokus serta kurang privasi saat menjawab soal di tengah keramaian.
(Perspektif: Andyana, Mazaya, Melati)
Editor: Nyak Shafika