Darussalam – Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Universitas Syiah Kuala (USK) merupakan salah satu inisiatif USK untuk meningkatkan kemampuan soft skill mahasiswa dengan memberikan hibah untuk melaksanakan kegiatan atau studi di luar kampus selama satu semester, dengan minimal 10 SKS yang dapat diakui.
Program MBKM USK ini dianggap menguntungkan mahasiswa karena membantu mereka memahami realitas dunia industri dan organisasi. Namun, beberapa mahasiswa merasa tertekan dengan penugasan tambahan dari Program studi S1 Akuntansi, sehingga sulit mengelola waktu dengan efektif.
Sebagaimana disampaikan oleh Aidil selaku mahasiswa Program studi S1 Akuntansi, “Kami dari tempat magang harus bekerja hingga pukul 12 siang, kemudian istirahat selama 2 jam. Pada jam 2, kami harus kembali ke tempat magang, yang memakan waktu sekitar 30 menit. Akibatnya, kami biasanya baru pulang ke rumah menjelang magrib. Setelah itu, kami masih harus menghadiri kelas dan menyelesaikan tugas dari dosen. Saya merasa bahwa efektivitas kami dalam menggabungkan praktik dengan teori menjadi terganggu karena jadwal yang padat seperti ini.”
Mahasiswa merasa kewalahan karena sering kali diberikan tugas setiap pertemuan yang tidak efektif, karena materi yang dipelajari dan yang diujikan berbeda. Terkadang dosen memberikan materi yang tidak kompleks, namun, mahasiswa tetap diwajibkan untuk mengikuti ujian di akhir pertemuan atau diberi ujian dadakan tanpa pemberitahuan sebelumnya dan juga terkadang beberapa dosen selalu memberikan tugas tambahan yang memberatkan mahasiswa yang mengikuti MBKM. Selain itu, kebingungan juga muncul terkait penilaian terhadap keterampilan, penilaian dari instansi, dan tugas dari dosen pembimbing karena kurangnya transparansi dari pihak akademik.
Dijelaskan juga dalam satu bimbingan dosen wali, terdapat empat mahasiswa, dan keempat mahasiswa tersebut mendapatkan nilai yang sangat baik dari instansi. Namun, ketika nilai tersebut dikonversi di kampus nilai mereka turun tanpa ada konfirmasi kenapa terdapat perbedaan nilainya. Ketidakjelasan penilaian antara nilai MBKM membingungkan mahasiswa dalam proporsi tolak ukur nilai semester.
Namun Kepala Program Studi S1 Akuntansi, Pak Riha Dedi Priantana, memiliki pandangan berbeda yaitu bahwa program ini bukanlah ujian tetapi lebih kepada membaca, karena akuntansi adalah jurusan profesi yang akhirnya akan diuji kompetensinya.
Penugasan dan ujian bagi mahasiswa yang mengikuti MBKM adalah hasil dari musyawarah fakultas untuk menghindari kehilangan pemahaman terhadap materi perkuliahan. Program studi akuntansi berinisiatif untuk memastikan kompetensi akuntansi tetap terjaga dan meminta fasilitasi dari fakultas.
Magang merupakan aspek penting bagi mahasiswa dalam meningkatkan soft skill, namun mereka juga harus memperhatikan hard skill dan tetap mengawasi pembelajaran mereka sendiri, terkadang di dalam praktiknya ada materi yang tidak diperoleh saat magang seperti yang disampaikan oleh Pak Riha, selaku Kepala Program Studi S1 Akuntansi.
Meskipun mahasiswa sedang menjalani magang, inti dari mata kuliah akuntansi tetap dipelajari melalui sistem notebook yang diberikan. Ketika ada waktu sela atau setelah selesai magang, mahasiswa dapat me-review materi yang diberikan oleh dosen tanpa harus menghadiri kelas secara langsung. Magang berjalan dan materi inti akuntansi tetap terus dipelajari.
Dosen telah merangkum tugas mahasiswa dari 16 materi menjadi hanya enam materi, dengan tiga materi sebelum mid-test dan tiga materi setelahnya. Dalam rangkuman ini, inti pencapaian mata kuliah tetap dipertahankan sehingga tidak hilang. Pengumpulan tugas kembali ditentukan oleh kebijakan dosen yang membimbing mata kuliah tersebut. Secara keseluruhan, dosen tidak memberatkan mahasiswa karena rangkuman inti dari mata kuliah tetap dipertahankan.
Mahasiswa telah diberitahu sejak awal bahwa akan ada materi tambahan yang harus dipelajari secara mandiri untuk mencapai Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK). Dosen berharap mahasiswa dapat memahami inti dari mata kuliah tersebut, karena hal tersebut akan membantu mereka mencapai kompetensi yang diinginkan.
Proporsi penilaian terhadap mahasiswa yang mengikuti MBKM saling melengkapi yang melibatkan penilaian dari dosen pembimbing berdasarkan ilmu akuntansi serta penilaian dari instansi terkait soft skill dan kedisiplinan, yang kemudian digabungkan menjadi nilai akhir, apabila nilai yang diberikan instansi kurang akan dibantu oleh dosen pembimbing.
“Itu sebenarnya bukan ujian, melainkan lebih untuk melengkapi pengetahuan mahasiswa yang sudah mengikuti MBKM agar tetap menguasai materi pembelajaran. MBKM dikenal penting untuk mengembangkan soft skill mahasiswa, sementara kita tetap memperhatikan perkembangan hard skill, terutama karena dalam praktiknya, beberapa materi mungkin tidak tercakup selama masa magang,” ujar Pak Riha Dedi Priantana, selaku Kepala Program Studi S1 Akuntansi.
(Perspektif, Akif & Aqil)
Editor : Nyak Shafika