Darussalam – Parenting? Ya, satu kata yang pastinya tidak lagi asing terdengar di telinga kita. Tidak hanya dalam aspek berumah tangga, kini parenting juga sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Maraknya kasus murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) bahkan Sekolah Dasar (SD) yang melakukan kekerasan fisik kepada temannya dengan berbagai macam cara dan alat membuat kita semakin prihatin dengan kondisi moralitas murid zaman sekarang. Lalu, apakah semuanya ada sangkut pautnya dengan parenting? Jawabannya, tentu saja ada.
Mungkin tidak semua orang tua mengetahui ilmu tentang parenting atau ilmu dalam mendidik, membimbing, dan mengajarkan anak-anak dengan cara yang baik dan benar. Namun, melihat kasus yang sering terjadi akhir-akhir ini seperti kasus anak SD yang menusuk mata adik kelasnya dengan tusukan bakso atau anak SMP yang menikam gurunya karena mendapatkan nilai jelek, membuat kita berpikir betapa pentingnya parenting bagi orang tua.
Lalu bagaimana dengan guru yang mengajar di sekolah? Apakah parenting juga diperlukan oleh guru? Tentu saja guru sangat butuh memahami ilmu parenting, mengingat guru merupakan orang tua kedua bagi murid saat sedang berada di lingkungan sekolah. Jika banyak anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan moralitas dari orang tuanya, sudah sepantasnya seorang guru mengambil alih tugas tersebut dan merangkul muridnya agar kembali ke jalan yang baik dan terarah.
Hal yang menjadi kendala dalam proses parenting di sekolah adalah tidak pahamnya seorang guru akan karakter para muridnya. Karakter anak-anak yang susah ditebak, terkadang membuat guru menjadi bingung bagaimana menyikapi perilaku anak tersebut. Belum lagi dengan kondisi psikologi anak yang berbeda-beda, membuat sang guru perlu waktu yang lebih banyak untuk memahami setiap muridnya.
“Parenting itu tujuan awalnya memang untuk orang tua, membesarkan, mendidik, mendukung serta membimbing sang anak untuk menjadi pribadi yang baik. Akan tetapi, peran guru juga tak kalah penting dalam mendidik anak muridnya. Adanya kesepahaman pola asuh dan normatif antara guru dan orang tua, bisa mengembangkan jiwa dan fisik anak ke arah yang konstruktif dan berkarakter,” ujar salah satu pendapat wali murid, Pak Fajar Sukma.
Bu Mariani, selaku istri Pak Fajar Sukma dan seorang guru yang pernah mengajar di salah satu SMK di Pekanbaru juga ikut mengutarakan pendapatnya
“Pengawasan anak di keluarga menjadi tanggung jawab orang tua dan pengawasan anak di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Jika masing-masing peran pengawasan berjalan dengan baik, maka pengaruh negatif di lingkungan dapat diatasi dengan baik dan perkembangan anak pun mengarah ke sisi positif,” sambung Bu Mariani.
Jadi, tidak ada salahnya bagi tenaga pendidik untuk ikut mempelajari tentang parenting dan menerapkannya di kehidupan persekolahan. Karena alangkah baiknya jika parenting di rumah dan di sekolah berjalan dengan sinkron yang membuat pertumbuhan anak semakin baik nantinya. Dengan selalu menjadi sahabat bagi seorang anak, kita bisa dengan mudah berkomunikasi dengan mereka dan membuat mereka lebih terbuka. Selain itu, hal ini dapat mencegah banyak kasus negatif yang mungkin akan terjadi suatu saat nanti.
(Perspektif/Rifqi dan Ica)
Desain: Naflatul Fatin
Editor: Astri Rahma Deyta