Darussalam – Masjid Al-Mizan yang berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Syiah Kuala, merupakan masjid yang bersejarah bagi lingkaran Universitas Syiah Kuala. Sebelum diberi nama Al-Mizan, masjid ini sempat diberi nama oleh beberapa orang yang mengurusnya.
Akan tetapi, saat diskusi pembentukan nama, setiap pengurus merasa ada kejanggalan setiap kali usulan nama diberikan. Sampai ketika salah seorang menyebut “Al-Mizan”, semua yang ada di tempat tersebut berkata “yang ini enak didengar”. Menurut salah satu dosen Prodi Manajemen, Ridwan Nurdin, S.E.,M.A., sejak hari itu resmi disematkan nama Al-Mizan.
Suasana di dalam Masjid Al-Mizan cenderung tidak berubah dari waktu ke waktu. Masjid ini memiliki fasilitas yang dikategorikan sangat bagus dan cukup memadai. Karpet sajadahnya yang empuk dan bersih sangat nyaman digunakan untuk beribadah. AC-nya masih tetap dingin, kontras dengan suhu di sekitar kopelma Darussalam pada siang hari.Selain itu, disertakan juga adanya lemari penyimpanan mukena serta rak untuk penyimpanan Al – Quran.
Kegiatan di dalam masjid juga tak banyak berbeda. Kita selalu menemukan suasana shalat Zuhur dan Ashar yang ramai dipenuhi oleh mahasiswa, pegawai, maupun dosen di lingkungan FEB. Kultum setelah Zuhur dan pembacaan hadits setelah Ashar juga masih ada, dengan orang yang mengisi kedua kegiatan tersebut berbeda setiap harinya.
Pelaksanaan shalat Jumat juga penuh sesak dengan kehadiran jamaah yang tak hanya berasal dari FEB, tetapi juga mahasiswa dengan seragam kelembagaan UIN Ar-Raniry dan sebagian siswa SMA Labschool Unsyiah. Setiap hari Selasa usai shalat Maghrib, diadakan pengajian fiqh sholat yang diasuh oleh Ustadz Dr. Bismikhalidin, Masjid Al-Mizan masih seperti biasanya.
Namun, ada satu yang agaknya kurang biasa. Pemandangan renovasi masjid yang nampak berjalan agak lambat membuat banyak material pembangunan seperti terbengkalai, sama seperti beberapa bagian masjid yang baru dibangun setengah jadi.
Awalnya, perenovasian masjid Al-Mizan dilakukan karena bagian belakang masjid sudah tidak layak dan cukup menampung jamaah yang semakin banyak, seperti penuturan bapak Syahrial, S.E., M.Si. Beliau merupakan pengurus Badan Kemakmuran Masjid yang sehari-hari bertugas di masjid Al-Mizan.
“Planning perenovasian sudah dibuat sejak tahun kepemimpinan bapak Dr.Mirza Tabrani, S.E., MBA., yang saat itu menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis periode yang lalu,” ucap pak Syahrial.
“Sudah ada kesepakatan untuk perenovasian, tetapi ada beberapa kesulitan seperti tidak ada gambaran yang akan menjadi penanggungjawab desain masjid. Padahal dana yang sudah ada pada saat itu dari Bank Indonesia sekitar 200 juta. Setelah itu, vakum hampir dua tahun sekaligus masa jabatan bapak Mirza yang sudah selesai,” sambung pak Syahrial.
Pak Syahrial melanjutkan, setelah sempat vakum, barulah Dekan yang menggantikan Dr. Mirza yaitu Dr. Nasir memulai kembali rencana perenovasian Masjid Al-Mizan.
“Setelah kepemimpinan bapak Nasir sekitar enam bulan, barulah ada musyawarah lagi tentang perenovasian masjid. Sekitar tiga bulan menunggu desain selesai,” lanjut pak Syahrial.
Pada bulan Februari 2019 desain masjid telah selesai. Pada saat itu anggaran yang terkumpul sekitar 1,9 miliar rupiah. Namun, dana pertama hanya 15 juta rupiah yang diberikan oleh Dekan FEB, dan dimulailah awal renovasi masjid.
Setelah setahun, pak Syahrial menjelaskan pembangunan masjid kelihatan sedikit “terhambat.” Ia menjelaskan ada beberapa kendala anggaran yang mungkin disebabkan oleh ketiadaan penyelenggaraan proposal kemanapun. Anggaran yang terkumpul saat ini didapat dari civitas akademi dan alumni.
Sumbangan jamaah dalam bentuk material sepertisemen, pasir, batu gunung, nyatanya belum bisa menutup semua kebutuhan renovasi. Bahkan saat ini masjid masih berhutang yang digunakan untuk pembelian besi, kayu, dan lainnya. Hal ini terjadi karena dana yang didapat dari sumbangan jamaah dipergunakan untuk membayar para pekerja.
Selain itu, terkait sumbangan material dari jamaah yang terus mengalir, ia menyatakan hal itu belum bisa menutup semua kebutuhan renovasi.
“Ada anggaran yang akan digunakan untuk membangun atap masjid terlebih dahulu. Namun, karena orientasi jamaah, maka tempat sujudlah yang terlebih dulu diselesaikan,” jelasnya.
Target penyelesaian Masjid Al-Mizan yaitu secepat mungkin, namun,kembali dikarenakan kurangnya anggaran yang ada membuat renovasi masjid beberapa kali harus ditunda penyelesaiannya. Terlepas dari hal itu, pak Syahrial tetap membeberkan target waktu selesainya renovasi masjid.
“Target kita, minimal bulan puasa 2020, bagian baru masjid sudah dapat digunakan,” tuturnya.
Harapan untuk Masjid Al-Mizan agar segera menyelesaikan renovasi merupakan harapan dari seluruh kalangan yang berada di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, tutup Pak Syahrial.(Ay & Ji/Perspektif)